PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Nemathelminthes
umumnya cacing yang hidupnya
parasit dan merugikan manusia. Pada umumnya merugikan, sebab parasit pada
manusia maupun hewan,
dan sampai sekarangpun belum ada satu pakar yang menemukan sisi positif yang
ditimbulkan oleh cacing Nemathelminthes ini.
Nemathelminthes (cacing giling)
merupakan jenis cacing yang hidupnya menyerap sari-sari makanan dari inangnya
jadi cacing ii sangatlah berbahaya karena merupakan parasit.
Sering disebut
cacing perut atau cacing usus atau cacing gelang. Parasit pada usus halus
manusia, hewan yang memiliki tubuh simetris bilateral dengan saluran pencernaan
yang baik namun tidak ada sistem peredaran darah. Contoh cacing gilik.
Nemathelminthes (dalam bahasa yunani,
nema= benang, helminthes= cacing) disebut sebagai cacing gilig karena tubuhnya
berbentuk bulat panjang atau seperti benang. Nemathelminthes sudah memiliki
rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati.
Tubuhnya
terdiri atas 3 lapisan (triploblastik), yaitu lapisan luar (ektoderm),
lapisan tengah (mesoderm), dan lapisan dalam (endoderm). Pada lapisan luar
tubuhnya dilapisi oleh lapisan lilin atau kutikula. Rongga yang
terdapat pada tubuhnya merupakan rongga semu atau tidak sejati
(pseudoselomata). Cacing ini memiliki simetri tubuh bilateral. Cacing ini
bersifat dioesius, yaitu cacing jantan dan cacing betina. Nemathelminthes
memiliki sistem pencernaan yang sempurna, saluran pencernaan memanjang
dari mulut sampai ke anus dan cacing ini belum memiliki sistem peredaran darah.
I.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah yang akan kami angkat dalam penulisan makalah adalah sebagai berikut :
1.
Apa itu Nemathelminthes?
2.
Bagaimanakah cirri-ciri nemthelminthes itu?
3.
Bagaimankah Struktur tubuh nemthelminthes?
4.
Bagaimanakah system Perkembang biakan Nemathelminthes?
5.
Bagaimankah Klasifikasi Nemathelminthes!
6.
Jelaskan Fisiology dari pembagian nemathelminthes!
I.3 Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan
penulisan yang akan kami angkat dalam penulisan makalah adalah sebagai berikut
:
1. Untuk
mengetahui Apa itu Nemathelminthes!
2. Untuk
memahami ciri-ciri nemthelminthes itu!
3. Untuk
mengetahui Bagaimankah Struktur tubuh nemthelminthes!
4. Untuk
mengetahui Bagaimanakah system Perkembang biakan Nemathelminthes!
5. Untuk
mengetahui Klasifikasi Nemathelminthes!
6. Untuk
memahami Fisiology dari pembagian nemathelminthes!
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nemathelminthes
Nemathelminthes (dalam bahasa
yunani, nema= benang, helminthes= cacing) disebut sebagai cacing gilig karena
tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang. Nemathelminthes sudah
memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh sejati.
Cacing dewasa memiliki pseudocoelom
(tabung dalam tabung), sebuah ruang tertutup yang berisi cairan berfungsi
sebagai rangka hidrostatik, membantu dalam peredaran dan penyebaran sari
makanan. Oleh karena memiliki rongga tubuh semu, Nemathelminthes disebut
sebagai hewan Pseudoselomata.
Filum Nemathelminthes terdiri dari
bebrapa ratus ribu spesies, kebanyakan hidup bebas meskipun beberapa ada yang
parasit. Nematoda kurang dalam sistem peredaran darah namun memiliki sistem
pencernaan yang berkembang dengan baik.
B. Ciri-ciri Nemathelminthes
Ciri-ciri
cacing Nemathelminthes antara lain:
1.
Bilateral
simetris, memiliki tiga lapisan sel dengan coelom (pseudocoelom), tubuhnya
bulat memanjang, tidak memiliki appendage atau proboscis.
2.
Tubuh
ditutupi oleh kutikula dan tidak bersilia.
3.
Alat
pencernaan komplit dan permanen berupa saluran lurus dengan mulut di bagian
anterior dan anus di daerah posterior.
4.
Dinding
tubuh memiliki serabut otot longitudinal.
5.
Tidak
memiliki rangka, sistem respirasi, dan sistem peredaran darah 6. Sistem
ekskresi sederhana berupa sel Renette atau sistem H dengan lubang ekskresi yang
terletak di bawah mulut. Respirasi secara difusi di seluruh
permukaan tubuh.
6.
Cincin
saraf yang mengelilingi esophagus merupakan pusat sistem saraf, yang
dihubungkan oleh 6 tali saraf longitudinal ke arah anterior dan posterior. 8.
Alat reproduksi jantan dan betina terpisah (berumah dua), jantan lebih kecil
dibandingkan dengan betina, fertilisasi internal, telur memiliki pembungkus
kitin, “larva” mengalami beberapa kali pergantian kulit (molt), tidak mengalami
reproduksi aseksual.
7.
Hidup di perairan tawar, parairan latu,
di tanah, dan sebagai parasit di
tubuh.
Nemathelminthes memiliki rongga
tubuh yang terbentuk ketika ektodermis membentuk mesodermis, tetapi belum
memiliki mesenterium untuk menggantungkan visceral serta tidak memiliki lapisan
otot yang mengelilingi saluran pencernaan (usus). Hewan berongga seperti itu
sekarang dimasukkan ke dalam Aschelminthes.
Akan tetapi nama Nemathelminthes lebih sering digunakan karena hanya satu
kelompok besar yaitu Nematoda yang dianggap sukses mewakili Pseudocoelomata.
C. Struktur Tubuh Nemathelminthes
Nemathelminthes
umumnya berukuran mikroskopis, meskipun ada yang panjang nya sampai 1 meter.
Individu betina berukuran lebih besar daripada individu jantan. Tubuh berbentuk
bulat panjang atau seperti benang dengan ujung-ujung yang meruncing.
Permukaan tubuh Nemathelminthes
dilapisi kutikula untuk melindungi diri. Kutikula ini lebih kuat pada cacing
parasit yang hidup di inang daripada yang hidup bebas. Kutikula berfungsi untuk
melindungi dari dari enzim pencernaan inang.
Nemathelminthes memiliki sistem
pencenaan yang lengkap terdiri dari mulut, faring, usus, dan anus. Mulut
terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus terdapat pada ujung posterior.
Beberapa Nemathelminthes memiliki kait pada mulutnya.Nemathelminthes tidak
memiliki pembuluh darah. Makanan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cairan pada
Dikatakan Pseudoselom karena
Nemathelminthes tidak memiliki sistem respirasi, pernapasan dilakukan secara
difusi melalui permukaan tubuh. Organ reproduksi jantan dan betina terpisah
dalam individu berbeda.
Nemathelminthes hidup bebas atau
parasit pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Nemathelminthes yang hidup bebas
berperan sebagai pengurai sampah organik, sedangkan yang parasit memperoleh
makanan berupa sari makanan dan darah dari tubuh inangnya. Habitat cacing ini
berada di tanah becek dan di dasar perairan tawar atau laut. Nemathelminthes
parasit hidup dalam inangnya.
D. Perkembang Biakan
Nemathelminthes umumnya
melakukan reproduksi secara seksual. Sistem reproduksi bersifat gonokoris,
yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda.
Fertilisasi terjadi secara internal. Telur hasil fertilisasi dapat membentuk
kista dan kista dapat bertahan hidup pada lingkungan yang tidak menguntungkan.
Alat kelamin
terpisah, cacing betina lebih besar dari cacing jantan dan yang jantan
mempunyai ujung berkait. Gonad berhubungan dengan saluran alat kelamin, dan
telur dilapisi oleh kulit yang terbuat dari kitin. Hewan ini tidak
berkembangbiak secara aseksual.
E. Klasifikasi
Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yaitu Nematoda dan
Nematophora. Pada uraian berikut akan dibahas beberapa spesies dari nematoda
yang merupakan parasit bagi manusia.
1. Ascaris
lumbricoides (cacing perut)
Ascaris adalah salah satu contoh
cacing gilig parasit, tidak punya segmentasi tubuh dan memiliki dinding luar
yang halus, bergerak dengan gerakan seperti cambuk. Cacing ini hidup di dalam
usus halus manusia sehingga sering kali disebut cacing perut.
Ascaris lumbricoides merupakan hewan dioseus, yaitu hewan
dengan jenis kelamin berbeda, bukan hemafrodit. Ascaris lumbricoides hanya
berkembang biak secara seksual. Ascaris lumbricoides jantan memiliki sepasang
alat berbentuk kait yang menyembul dari anus disebut spikula. Spikula berfungsi
untuk membuka pori kelamin cacing bretina dan memindahkan sperma saat kawin.
Infeksi cacing ini menyebabkan
penyakit askariasis atau cacingan, umumnya pada anak-anak. Infeksi ini terjadi
pada saat mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar telur ascaris. Cacing
dewasa menghasilkan telur-telur yang akan matang di tanah, saat telur in
tertelan orang, larvanya akan melubangi dinding usus, bergerak ke hati, jantung
dan/atau paru-paru.
Sesaat di dalam paru-paru, larva
berganti kulit, setelah sepuluh hari bermigrasi lewat saluran udara ke
kerongkongan tempat dimana mereka akan tertelan. Dalam usus kecil cacing dewasa
kawin dan betinanya menimbun telur-telur yang akan dilepaskan keluar bersama feses.
Telur dalam feses ini harus mencapai mulut orang lagi untuk memulai siklus
baru.
2. Ancylostoma
duodenale (cacing tambang)
Cacing ini dinamakan cacing tambang
karena ditemukan di pertambangan daerah tropis.Cacing tambang dapat hidup
sebagai parasit dengan menyerap darah dan cairan tubuh pada usus halus
manusia.Cacing ini memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari cacing
perut.Cacing tambang Ancylostoma memiliki ujung anterior melengkung membentuk
kapsul mulut dengan 1 -4 pasang kait kitin atau gigi pada sisi ventralnya.Kait
kitin berfungsi untuk menempel pada usus inangnnya.Pada ujung posterior cacing
tambang jantan terdapat bursa kopulasi.Alat ini digunakan untuk menangkap dan
memegang cacing betina saat kawin.Cacing betina memiliki vulva (organ kelamin
luar) yang terdapat didekat bagian tengah tubuhnya.
3. Oxyuris
vermicularis (cacing kremi)
Cacing ini disebut cacing kremi karena ukurannya yang sangat
kecil. sekitar 10 -15 mm. Cacing kremi hidup di dalam usus besar manusia.Cacing
kremi tidak menyebabkan penyakit yang berbahaya namun cukup mengganggu. Infeksi
cacing kremi tidak memerlukan perantara. Telur cacing dapat tertelan bila kita
memakan makanan yang terkontaminasi telur cacing ini.Pengulangan daur infeksi
cacing kremi secara autoinfeksi, yaitu dilakukan ole penderita sendiri.Cacing
ini bertelur pada anus penderita dan menyebabkan rasa gatal.Jika penderita
sering menggaruk pada bagian anus dan tidak menjaga kebersihan tangan, maka
infeksi cacing kremi akan terjadi kembali
4. Wuchereria bancrofti
(cacing rambut)
Wuchereria bancrofti atau disebut juga Cacing Filaria adalah
kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum
Nemathelminthes. Bentuk cacing ini gilig memanjang, seperti benang maka disebut
filarial. Cacing filaria penyebab penyakit kaki
gajah berasal dari genus wuchereria dan brugia. Di Indonesia cacing yang dikenal
sebagai penyebab penyakit tersebut adalah wuchereria bancrofti, brugia malayi, dan brugia timori.
Cacing rambut dinamakan pula cacing filaria.Tempat hidupnya
di dalam pembuluh limfa.Cacing ini menyebabkan penyakit kaki gajah
(elefantiasis), yaitu pembengkakan tubuh.Pembengkakan terjadi karena akumulasi
cairan dalam pembuluh limfa yang tersumbat oleh cacing filaria dalam jumlah
banyak.Cacing filaria masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Culex yang
banyak terdapat di daerah tropis.
Filariasis adalah penyakit menular (
Penyakit Kaki Gajah ) yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh
berbagai jenis nyamuk. bermula dari inflamasi saluran limfe akibat dilalui
cacing filaria dewasa (makrofilaria). Cacing dewasa yang tak tahu diri ini
melalui saluran limfe aferen atau sinus-sinus limfe sehingga menyebabkan
dilatasi limfe pada tempat-tempat yang dilaluinya. Dilatasi ini mengakibatkan
banyaknya cairan plasma yang terisi dari pembuluh darah yang menyebabkan
penebalan pembuluh darah di sekitarnya.
Akibat kerusakan pembuluh, akan
terjadi infiltrasi sel-sel plasma, esosinofil, serta makrofag di dalam dan
sekitar pembuluh darah yang terinfeksi. Nah, infiltrasi inilah yang menyebabkan
terjadi proliferasi jaringan ikat dan menyebabkan pembuluh limfe di
sekelilingnya menjadi berkelok-kelok serta menyebabkan rusaknya katup-katup di
sepanjang pembuluh limfe tersebut. Akibatnya, limfedema dan perubahan statis-kronis
dengan edema pada kulit di atas pembuluh tersebut menjadi tak terhindarkan
lagi.
5. Trichinella spiralis
Cacing ini
hidup pada otot manusia dan menyebabkan penyakit trikhinosis atau kerusakan
otot. Manusia yang terinfeksi cacing ini karena memakan daging yang tidak
dimasak dengan baik.Cacing betina dewasa melubangi dinding usus halus,
keturunan yang hidup terbawa oleh aliran darah menuju otot rangka kemudian
menjadi kista.
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Platyhelminthes adalah cacing daun yang umumnya bertubuh
pipih. Cacing ini merupakan yang paling sederhana diantara semua hewan simetris
bilateral. Platyhelminthes memiliki tubuh padat, lunak, dan epidermis bersilia.
Cacing pipih merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh
(acoelomata). Sebagian besar cacing pipih, seperti cacing isap dan cacing pita
adalah parasit. Namun, banyak yang hidup bebas yang habitatnya di air tawar dan
air laut, khususnya di pantai berbatu dan terumbu.
Filum ini terdiri atas 9000 spesies. Pemberian nama pada
organisme ini adalah sangat cepat. Sejumlah besar hewan ini berbentuk hampir
menyerupai pita. Hewan ini simetris bilateral dengan sisi kiri dan kanan,
permukaan dorsal dan ventral dan juga anterior dan posterior.
Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang
hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai
dengan kait untuk menempel. Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah
dan sistem pernafasan. Sedangkan sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa
anus. Platyhelminthes terbagi dalam 3 kelas, yaitu Kelas Turbellaria, Kelas
Trematoda dan kelas Cestoda. Untuk lebih mengetahui lebih jauh mengenai
hewan-hewan dalam kelas ini, maka akan di bahas dalam bab II.
I.2 Tujuan
Masalah
Adapun
tujuan dari makalah yang terkait dengan Platyhelminthes adalah:
1. Untuk mengetahui karakteristiknya
2. Untuk mengetahui struktur tubuh Platyhelminthes
3. Dapat mengetahui klasifikasi dari Platyhelminthes
4. Dapat mengetahui bagaimana siklus hidup dari Platyhelminthes
5. Dapat mengetahu peranan Platyhelminthes dalam kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik
Platyhelminthes berasal dari Bahasa Yunani, dari kata Platy
= pipih dan helminthes = cacing. Jadi berarti cacing bertubuh pipih. Filum
Platyhelminthes terdiri dari sekitar 13,000 species, terbagi menjadi tiga
kelas; dua yang bersifat parasit dan satu hidup bebas. Planaria dan kerabatnya
dikelompokkan sebagai kelas Turbellaria. Cacing hati adalah parasit eksternal
atau internal dari Kelas Trematoda. Cacing pita adalah parasit internal dari
kelas Cestoda. Umumnya, golongan cacing pipih hidup
di sungai, danau, laut, atau sebagai parasit di dalam tubuh organisme lain. Platyhelminthes yang hidup bebas
adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembab, sedangkan
Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada
siput air, sapi, babi, atau manusia.
Cacing golongan ini sangat sensitif
terhadap cahaya. Beberapa contoh Platyhelminthes adalah Planaria yang sering ditemukan
di balik batuan (panjang 2-3 cm), Bipalium yang hidup di balik
lumut lembab (panjang mencapai 60 cm), Clonorchis
sinensis, cacing
hati, dan cacing pita.
B. Struktur Tubuh
Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh (selom) sehingga
disebut hewan aselomata.Tubuh pipih dorsoventral, tidak berbuku-buku, simetri
bilateral, serta dapat dibedakan antara ujung anterior dan posterior. Lapisan
tubuh tersusun dari 3 lapis (triploblastik aselomata) yaitu ektoderm yang akan
berkembang menjadi kulit, mesoderm yang akan berkembang menjadi otot – otot dan
beberapa organ tubuh dan endoderm yang akan berkembang menjadi alat pencernaan
makanan.
Sistem respirasi Platyhelminthes melalui permukaan tubuhnya.
Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, dan usus (tanpa anus), usus
bercabang-cabang ke seluruh tubuhnya. Platyhelminthes tidak memiliki sistem
peredaran darah (sirkulasi) dan alat ekskresinya berupa sel-sel api. Kelompok
Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali. Sistem saraf tangga
tali terdiri dari sepasang simpul saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf
yang memanjang dan bercabang-cabang melintang seperti tangga.Organ reproduksi
jantan (testis) dan organ betina (Ovarium). Cacing pipih dapat bereproduksi
secara aseksual dengan membelah diri dan secara seksual dengan perkawinan silang, platyhelminthes terdapat
dalam satu individu sehingga disebut hewan hermafrodit.
Filum ini terdiri atas 9000 spesies. Pemberian nama pada
organisme ini adalah sangat cepat. Sejumlah besar hewan ini berbentuk hampir
menyerupai pita. Hewan ini simetris bilateral dengan sisi kiri dan kanan,
permukaan dorsal dan ventral dan juga anterior dan posterior.
C. Klasifikasi
Filum Platyhelminthes terbagi menjadi tiga kelas, yaitu:
Ø Turbellaria (berambut getar)
Contoh: Planaria sp
Ø Trematoda (cacing hisap)
Contoh:
Fasciola hepatica (cacing hati)
Ø Cestoda (cacing pita)
Contoh:
Taenia solium, Taenia saginata
1. Turbellaria (cacing berambut getar)
Keberadaan: 4000+ spesies di seluruh
dunia; hidup di batu dan permukaan sedimen di air, di tanah basah, dan di bawah
batang kayu. Hampir semua Turbellaria hidup bebas (bukan parasit) dan sebagian
besar adalah hewan laut.
Kebanyakan turbellaria berwarna
bening, hitam, atau abu-abu. Namun, beberapa spesies laut, khususnya di turumbu
karang, memiliki corak warna lebih cerah. Panjang mulai kurang dari 1 mm hingga
50 cm. Spesies terbesar bertubuh seperti kertas.
Planaria sp
Cacing ini dipakai sebagai contoh
yang mewakili anggota kelas Turbellaria pada umumnya. Anggota genus Dugesia, yang umumnya dikenal sebagai
Planaria, berlimpah dalam kolam dan aliran sungai yang tidak terpolusi.
Planaria mempunyai kebiasaan berlindung di tempat-tempat yang teduh, misalnya
di balik batu-batuan, di bawah daun yang jatuh ke dalam air. Bentuk tubuh
anggota ini adalah pipih dorsoventral, dengan bagian kepala yang berbentuk
seperti segitiga, sedangkan bagian ekornya berbentuk meruncing yang panjang
tubuh sekitar 5-25 mm. Planaria memangsa hewan yang lebih kecil atau memakan
hewan-hewan yang sudah mati. Planaria dan cacing pipih lainnya tidak memiliki
organ yang khusus untuk pertukaran gas dan sirkulasi. Bentuk tubuhnya yang
pipih itu menempatkan semua sel-sel berdekatan dengan air sekitarnya, dan
percabangan halus rongga gastrovaskuler mengedarkan makanan ke seluruh hewan
tersebut. Sistem saluran pencernaan makanan terdiri dari mulut, faring,
oesofagus, dan usus. Mulut, terletak di bagian ventral dari tubuh, yaitu
kira-kira dekat dengan pertengahan agak ke arah ekor. Lubang mulut ini
dilanjutkan oleh kantung yang bentuknya silindris memanjang yang disebut rongga
mulut (Faring). Oesofagus merupakan persambungan daripada faring yang langsung
bermuara kedalam usus; ususnya bercabang tiga, yaitu menuju ke arah anterior,
sedang yang dua lagi sejajar menuju ke arah posterior.
Seperti halnya hewan tingkat rendah
lainnya, Planaria juga belum mempunyai alat pernafasan yang khusus. Pengambilan
O2 maupun pengeluaran CO2 secara osmosis langsung melalui
seluruh permukaan tubuh.
Sistem ekskresi terdiri dari 2
tabung ekskresi longitudinal yang mulai dari sel-sel nyala (flame cells) yang
di bagian anteriornya berhubungan silang. Seluruh sistem ini terbuka ke luar
melalui porus ekskretorius. Flame cells atau sel-sel api berfungsi sebagai alat
ekskresi yang membuang zat-zat sampah yang merupakan sisa-sisa metabolisme dan
juga sebagai alat osmoregulasi dalam arti ikut membantu mengeluarkan
ekses-ekses penumpukan air di dalam tubuh, sehingga nilai osmosis tubuh tetap
dapat dipertahankan seperti ukuran normal.
Sistem saraf terdiri dari 2 batang
saraf yang membujur memanjang, yang di bagian anteriornya berhubungan silang,
dan 2 ganglion anterior yang terletak dekat di bawah mata. Ganglion berfungsi
sebagai otak dalam arti bertindak sebagai pusat susunan saraf serta
mengkoordinir aktivitas-aktivitas anggota tubuh. Seonggok ganglion tersebut
letaknya di bagian kepala persis di bawah lapisan epidermis agak di sebelah
bintik mata. Ganglion ini karena terletak di bagian kepala dan berfungsi
sebagai otak maka biasa disebut ganglion kepala atau ganglion cerebral. Dari
ganglin cerebral ini keluarlah cabang-cabang urat saraf secara radier menuju ke
arah lateral, anterior, dan pasterior. Cabang anterior menuju ke bagian bintik
mata, cabang lateral menuju ke alat indera cemoreseptor, sedangkan cabang
posterior ada satu pasang kanan kiri yang saling bersejajar yang membentang di
bagian ventral tubuh yang disebut tali saraf.
Planaria sudah mempunyai alat indera
yang berupa bintik mata, dan indera aurikel, yang kedua-duanya terletak di
bagian kepala. Bintik mata merupakan titik hitam yang terletak di bagian dorsal
daripada bagian kepala. Masing-masing bintik mata terdiri dari sel-sel pigmen
yang tersusun dalam bentuk mangkok yang dilengkapi dengan sel-sel saraf
sensorik yang sangat sensitif terhadap sinar. Bintik mata itu sekedar dapat
membedakan gelap dan terang saja.
Planaria bersifat hermafrodit,
terdapat alat kelamin jantan dan betina. Alat kelamin jantan terdiri dari:
1. Testis,
yang berjumlah ratusan, berbentuk
bulat tersebar di sepanjang sisi tubuh keduanya.
2. Vasa
eferensia, yang
merupakan pembuluh yang menghubungkan testis dengan bagian pembuluh lainnya.
3. Vasa
deferensia, merupakan
pembuluh berjumlah dua buah yang masing-masing membentang di setiap sisi tubuh
yang kedua-duanya saling bertemu dan bermuara ke dalam suatu kantung yang
disebut vesiculus seminalis.
4. Vesiculus
seminalis, berfungsi
untuk menampung sperma dan menyalurkan sperma menuju ke penis.
5. Penis,
yang merupakan alat pentransfer ke
tubuh waktu mengadakan kopulasi pada perkawinan silang.
Sistem
alat kelamin betina terdiri dari atas bagian-bagian seperti berikut:
1. Ovari,
berjumlah dua buah, berbentuk bulat
terletak di bagian anterior tubuh.
2. Oviduct,
dari setiap ovarium akan membentang
ke arah posterior sebuah saluran yang disebut oviduct (saluran telur). Antara
saluran telur kanan dan kiri saling bersejajar yang masing-masing dilengkapi
dengan kelenjar yang menghasilkan kuning telur.
3. Kelenjar
kuning telur, menghasilkan
kuning telur yang akan disediakan bagi sel telur bila telah diproduksi oleh
ovarium.
4. Vagina,
merupakan suatu aliran yang
berfungsi untuk menerima transfer spermatozoid dari cacing planaria lain.
5. Uterus,
merupakan ruangan yang bentuknya
menggelembung yang berfungsi untuk menyimpan spermatozoid. Uterus juga biasa
disebut receptaculus seminalis.
6. Genital
atrium (ruang
genitalis) yaitu muara antara kedua buah saluran telur.
Planaria
berkembang biak dengan cara seksual maupun aseksual. Planaria akan
menghindarkan diri bila terkena sinar yang kuat, oleh karena itu pada siang
hari cacing itu melindungkan diri di bawah naungan batu-batu atau daun atau di
bawah objek yang lain. Pada waktu istirahat biasanya Planaria melekatkanatau
menempelkan diri pada suatu objek dengan bantuan zat lendir yang dihasilkan
oleh kelenjar-kelenjar lendir. Planaria melakukan dua macam gerak, yaitu gerak
merayap dan meluncur.
2. Trematoda (cacing hisap)
Keberadaan: 12000 spesies di seluruh dunia; hidup di dalam
atau pada tubuh hewan lain. Semua cacing hisap adalah parasit, berbentuk
silinder atau seperti daun. Panjang berkisar 1 cm hingga 6 cm. Cacing ini
memiliki penghisap untuk menempelkan diri ke organ internal atau permukaan luar
inangnya, dan semacam kulit keras yang membantu melindungi parasit itu. Organ
reproduksinya mengisi hampir keseluruhan bagian interior cacing hisap.
Sebagai
suatu kelompok, cacing trematoda memparasiti banyak sekali jenis inang, dan
sebagian besar spesies memiliki siklus hidup yang kompleks dengan adanya
pergiliran tahap seksual dan aseksual. Banyak trematoda memerlukan suatu inang
perantara atau intermediet tempat larva akan berkembang sebelum menginfeksi inang
terakhirnya (umumnya vertebrata), tempat cacing dewasa hidup. Sebagai contoh,
trematoda yang memparasati manusia menghabiskan sebagian dari sejarah hidupnya
di dalam bekicot.
Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus,
paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata. Trematoda berlindung di dalam
tubuh inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula dan permukaan
tubuhnya tidak memiliki silia.
Trematoda tidak mempunyai rongga
badan dan semua organ berada di dalam jaringan parenkim. Tubuh biasanya pipih
dorsoventral, dan biasanya tidak bersegmen dan seperti daun. Mereka mempunyai
dua alat penghisap, satu mengelilingi mulut dan yang lain berada di dekat
pertengahan tubuh atau pada ujung posterior. Alat penghisap yang kedua disebut asetabulum karena bentuknya mirip dengan
mangkuk cuka.
Dinding luar atau tegumen trematoda
adalah kutikula yang kadang2 mengandung duri atau sisik.
Sistem pencernaan makanan sangat
sederhana. Terdapat mulut pada ujung anterior, yang dikelilingi oleh sebuah
alat penghisap. Makanan dari mulut melalui farings yang berotot ke esofagus dan
kemudian ke usus, yang terbagi menjadi dua sekum yang buntu. Sekum ini kadang2
bercabang, dan percabangan ini kadang-kadang sedikit rumit. Kebanyakan
trematoda tidak mempunyai anus, dengan demikian sisa bahan makanan harus
diregurgitasikan.
Sistem saraf adalah sederhana.
Cincin dari serabut saraf dan ganglia mengelilingi esofagus, dan dari sini
saraf berjalan ke depan dan belakang. Biasanya, sebatang saraf berjalan
kebelakang pada setiap sisi, dan saraf-saraf bertolak dari sini menuju ke
berbagai organ.
Trematoda tidak mempunyai sistem
peredaran darah. Sistem ekskresi tersusun dari sebuah kandung kemih posterior.
Sebuah sistem percabangan dari tabung pengumpul yang masuk ke dalam kandung
kemih, dan sebuah sistem sel-sel ekskresi yang terbuka ke dalam saluran
pengumpul tersebut. Tidak terdapat organ ekskresi yang terlepas, sel-sel
ekskresi ditempatkan secara strategis di seluruh tubuh. Sel ekskresi terdiri
dari sebuah sitoplasma basal yang berisi inti dan sebuah vakuola berisi
seberkas silia ynag terbuka secara tetap ke dalam saluran pengumpul.
Sistem reproduksinya kompleks.
Sebagian besar dari trematoda adalah hermafrodit, mempunyai organ jantan dan
betina. Tetapi pembuahan silang merupakan hal yang biasa, dan pembuahan sendiri
tidak umum. Pembuahan biasanya uterus, sperma melewati sirus dari satu cacing
ke uterus cacing lain.
Siklus
Hidup Trematoda
a. Clonorchis sp (cacing hati pada manusia)
Zygot
- Larva Myrasidium-Sporosit - Redia – Sercaria – Metacercaria - Cacing dewasa.
Keterangan:
1. Telur dilepaskan bersamaan dengan
kotoran dari penderita
2. Telur akan berkembang menjadi larva
mirasidium dan masuk ke inang perantara 1, biasanya adalah siput
3. Di tubuh siput, larva myrasidium
akan bermetamorfosis menjadi sporosit
4. Sporosit ini mengandung banyak
kantung embrio, yang akan tumbuh menjadi Redia
5. Redia akan tumbuh dan mengandung
embrio yang akan berkembang menjadi Sercaria
6. Sercaria yang dihasilkan akan
berpindah menempel pada tumbuhan air membentuk kista metasercaria
7. Tumbuhan yang mengandung kista di
makan oleh domba, maka kista akan berkembang menjadi cacing hati dewasa.
b. Fasciola hepatica (cacing hati pada domba)
Zygot-Larva
Myrasidium-Sporosit-Redia -Sercaria-Metacercaria-Cacing dewasa.
Keterangan:
1. Telur dilepaskan bersamaan dengan
kotoran dari penderita
2. Telur akan berkembang menjadi larva
mirasidium dan masuk ke inang perantara 1, biasanya adalah siput
3. Di tubuh siput, larva myrasidium
akan bermetamorfosis menjadi sporosit
4. Sporosit ini mengandung banyak
kantung embrio, yang akan tumbuh menjadi Redia
5. Redia akan tumbuh dan mengandung
embrio yang akan berkembang menjadi Sercaria
6. Sercaria yang dihasilkan akan
berpindah menempel pada tumbuhan air membentuk kista metasercaria.
7. Tumbuhan yang mengandung kista di
makan oleh domba, maka kista akan berkembang menjadi cacing hati dewasa
3. Cestoda (cacing pita)
Keberadaannya: 3500 spesies di seluruh dunia; hidup sebagai
parasit dalam tubuh hewan. Contoh cacing pita adalah Taenia solium dan Taenia
saginata yang parasit pada orang. Taenia
terdiri dari sebuah kepala bulat yang disebut scolex, sejumlah ruas, yang sama disebut disebut proglotid. Pada kepala terdapat alat
hisap dan jenis Taenia solium mempunyai
kait (rostellum) yang sangat tajam yang mengunci cacing itu ke lapisan
intestinal inang. Di belakang scolex terdapat leher kecil yang selalu tumbuh
yang akan menghasilkan proglotid baru yang mula-mula kecil tumbuh menjadi
besar. Panjang tubuh cacing pita mencapai 2 m. Setiap proglotid mengandung
organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium).Tiap proglotid
dapat terjadi fertilisasi sendiri. Proglotid yang dibuahi terdapat di bagian
posterior tubuh cacing. Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar
dari tubuh inang utama bersama dengan tinja dengan membawa ribuan telur. Jika
termakan hewan lain, telur akan berkembang dan memulai siklus hidup barunya.
Cacing pita tidak memiliki saluran pencernaan. Cacing pita menyerap makanan
yang telah dicerna terlebih dahulu oleh inang.
Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari
usus halus inangnya. Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan
tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus). Manusia
dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna.
Inang perantara Cestoda adalah sapi pada Taenia saginata dan babi pada taenia
solium.
Cacing pita tidak mempunyai saluran pencernaan dan sitem
peredaran darah. Makanan langsung melalui dinding tubuh. Sistem ekskresi yaitu
berupa sel api.
Sistem saraf tersusun dari beberapa ganglion pada
skoleks, dengan komisura melintang diantaranya. Dan tiga batang saraf
longitudinal setiap sisil tubuh (sebuah batang besar disebelah lateral dan yang
kecil disebelah ventral), satu ganglion kecil disetiap segmen pada
masing-masing dari enam batang tersebut, dan komisura pada setiap segmen
menghubungkan ganglion-ganglion ini.
Cestoda adalah hermafrodit, yang mempunyai organ jantan dan
betina. Organ jantan terdiri dari testis (menghasilkan spermatozoa), vas
deferen, seminal vesicle, penis, dan lubang kelamin. Sedangkan organ bertina
terdiri dari ovarium, oviduk, seminal uterus, vagina, dan lubang kelamin.
Siklus
Hidup Taenia sp
Larva, yang dilengkapi dengan scolex
akan berkembang menjadi kista pada jaringan tubuh inang, misal pada otot.
Manusia yang memakan daging yang terinfeksi, akan menyebabkan kista berkembang
menjadi cacing pita dewasa Cacing pita dewasa terdiri dari scolex dan
proglotid.Proglotid pada bagian ujung mengandung telur yang telah dibuahi yang
siap dikeluarkan bersama feses untuk menginfeksi kembali Di dalam telur yang
telah dibuahi, embrio berkembang menjadi larva. Sapi mungkin akan memakan telur
bersama rumput dan akan menjadi inang sementara bagi cacing pita.
D. Peranan
Platyhelminthes Dalam Kehidupan
Adapun
peranan Platyhelminthes dalam kehidupan adalah sebagai berikut:
1. Planaria menjadi salah satu makanan bagi organisme
lain.
2. Cacing hati maupun cacing pita merupakan parasit
pada manusia
a.
Schistosoma sp, dapat menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang ditularkan
melalui siput air tawar pada manusia. Apabila cacing tersebut berkembang di
tubuh manusia, dapat terjadi kerusakan jaringan dan organ seperti kandung
kemih, ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia.Kerusakan tersebut disebabkan
perkembangbiakan cacing Schistosoma di dalam tubuh.
b.
Clonorchis
sinensis yang
menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia dan hewan mamalia lainnya, spesies ini dapat menghisap darah manusia.
c.
Paragonimus sp, parasit pada paru-paru manusia.
dapat menyebabkan gejala gangguan pernafasan yaitu sesak bila bernafas, batuk
kronis, dahak/sputum becampur darah yang berwarna coklat (ada telur cacing).
d.
Fasciolisis sp, parasit di dalam saluran
pencernaan. Terjadinya radang di daerah gigitan, menyebabkan hipersekresi dari
lapisan mukosa usus sehingga menyebabkan hambatan makanan yang lewat. Sebagai
akibatnya adalah ulserasi, haemoragik dan absces pada dinding usus. Terjadi
gejala diaree kronis.
e.
Taeniasis,
penyakit yang disebabkan oleh Taenia sp.
Cacing ini menghisap sari-sari makanan di usus manusia.
f.
Fascioliasis,
disebabkan oleh Fasciola hepatica.
Merupakan penyakit parasit yang menyerang semua jenis ternak. Hewan terserang
ditandai dengan nafsu makan turun, kurus, selaput lendir mata pucat dan diare.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Platyhelminthes berasal dari Bahasa
Yunani, dari kata Platy = pipih dan helminthes = cacing. Jadi berarti cacing
bertubuh pipih.
2. Platyhelminthes terbagi menjadi 3
kelas, yaitu: Turbellaria, Trematoda (cacing hisap), dan Cestoda (cacing pita).
3. Platyhelminthes yang hidup bebas
adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembab, sedangkan
Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada
siput air, sapi, babi, atau manusia.
4. Platyhelminthes tidak memiliki
rongga tubuh (selom) sehingga disebut hewan aselomata. Tubuh pipih
dorsoventral, tidak berbuku-buku, simetri bilateral, serta dapat dibedakan
antara ujung anterior dan posterior.
5. Sistem respirasi Platyhelminthes melalui
permukaan tubuh, alat pencernaan tidak lengkap, alat ekskresi berupa sel api,
sistem saraf dengan ganglion anterior sebagai pusat sistem saraf, reproduksi
umumnya secara generatif.
6. Siklus hidup dari Platyhelminthes
parasit yang ada hubungan dengan manusia diantaranya: dari kelas Trematoda, Clonorchis sp dan Fasciola hepatica. Dan dari kelas Cestoda, Taenia saginata dan Taenia
solium.
7. Peranan platyhelminthes dalam
kehidupan adalah: Planaria menjadi salah satu makanan
bagi organisme lain, cacing hati maupun cacing pita merupakan parasit pada
manusia.
B. Kritik
dan Saran
Tiada kesempurnaan di dunia ini,
kami sangat mengharapkan kritik maupun saran dari makalah ini tujuannya
hanyalah demi kesempurnaan. Dan semoga makalah yang telah kami susun bermanfaat
bagi kita semua, Amien.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Reece, Mitcheli, Biologi Edisi Kelima Jilid 2, Jakarta: Erlangga, 2003.
Djarubito, Brotowidjoyo. M. Zoologi Dasar, Jakarta: Erlangga, 1994.
Ensiklopedia Hewan (Invertebrata), Jakarta: Lentera Abadi, 2008.
George
H. Fried & George J. Hademenos, Biologi
Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga, 2006.
Jasir, Maskoeri, Sistematik
Hewan, Surabaya: Sinar Wijaya, 1984.
John, W. Kimball, Biologi
Edisi Kelima Jilid 3, Jakarta: Erlangga, 1999.
Levine,
Norman. D, Parasitologi Veteriner,
Yogyakarta: gajah mada university press, 1994.
No comments:
Post a Comment