LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA
PERCOBAAN IV
PEWARISAN KUANTITATIF
NAMA : KHAERUNNISA
NIM : H41113342
HARI/TANGGAL :
KAMIS, 27 MARET 2014
KELOMPOK
: 3 (TIGA) B
ASISTEN
: PINKAN C.I. TUMANDUK
LABORATORIUM GENETIKA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sifat-sifat
Mendel klasik yang dijumpai dalam bab-bab terdahulu bersifat kualitatif, yaitu
sifat-sifat yang mudah digolongkan ke dalam kategori fenotip yang jelas.
Fenotip-fenotip yang jelas ini berada di bawah kendali genetik dari hanya satu
atau beberapa gen dengan sedikit atau tanpa modifikasi-modifikasi lingkungan
yang mengaburkan pengaruh-pengaruh gennya (Stansfield, 1991).
Pada
kasus warna biji gandum, interaksi itu bersifat kumulatif. Makin banyak suatu tanaman mewarisi gen
dominan, makin tua warnanya. Situasi semacam ini disebut pewarisan poligen dan
melibatkan pewarisan ciri-ciri kuantitatif. Sifat kuantitatif diatur pengaruh
gen-gen ganda (multiple gen atau poligen) dari
masing-masing pengaruhnya kecil. Pada aksi gen kumulatif ini setiap alel pada
lokus tersebut akan menambah atau mengurangi nilai fenotip. Mekanisme pewarisan
ini sering juga disebut pewarisan faktor majemuk
(Agus dan Sjafaraenan, 2013).
(Agus dan Sjafaraenan, 2013).
Sifat-sifat dengan sebaran kontinyu
mempunyai nilai tertentu yang diperoleh melalui pengukuran kuantitatif. Sebaliknya,
sifat-sifat seperti warna biji, bentuk biji, warna bunga, dan sebagainya, yang
tidak memerlukan pengukuran untuk mendapatkan suatu nilai disebut sifat
kualitatif (Susanto, 2011).
Tanpa variasi genetik, setiap perubahan lingkungan yang mendadak akan
memusnahkan suatu jenis pada habitat alaminya. Keanekaragaman
genetik alami, peranannya dalam evolusi, dan berbagai sistem untuk koleksi,
pengawetan, penyebarluasan dan pemanfaatannya. Berdasarkan penyebab
timbulnya variasigenetik yaitu variasi
yang dihasilkan oleh faktor keturunan (gen) yang bersifat kekal dan
diwariskan secar turun-temurun dari satu sel ke sel lainnya. Variasi non
genetik atau variasi lingkungan yaitu yang ditentukan oleh faktor lingkungan
seperti; intensitas cahaya, kelembaban, pH, kesuburan tanah dan kelembaban (Mentari, 2012).
Berdasarkan hal diatas maka dilakukanlah percobaan untuk
mengetahui perbedaan genetika kuantitatif dan genetika kualitatif melalui model
pewarisan kuantitatif.
I.2
Tujuan Percobaan
Tujuan
yang akan dicapai pada percobaan ini adalah :
1.
Menjelaskan
perbedaan antara genetika kuantitatif dan genetika kualitatif.
2.
Mengetahui
cara mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan data penelitian tentang
pewarisan kuantitatif.
I.3 Waktu dan
Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari
Kamis, 27 Maret 2014 pukul 14.00-17.00 WITA.Percobaan ini bertempat di
Laboratorium Biologi Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Mendel mempelajari karakter-karakter
yang bisa digolongkan sebagai ini-atau-itu, misalnya warna bunga ungu versus
putih.Akan tetapi, untuk banyak karakter, misalnya warna kulit dan tinggi
manusia, klasifikasi ini-atau-itu mustahil karena karakter tersebut bervariasi
dalam populasi sepanjang suatu kontinum atau kesinambungan
(bergradasi).Karakter semacam ini disebut karakter kuantitatif (quantitatif
character). Variasi kuantitatif biasanya mengindikasikan pewarisan sifat
poligenik (polygenic inheritance), efek aditif dari dua gen atau lebih
pada satu fenotip (Campbell, dkk., 2010).
Karakter tanaman dapat berupa karakter kualitatif ataukuantitatif. Karakter kualitatif merupakan wujud fenotipe yang saling berbeda tajam
antara satu dengan yang lain secara kualitatif dan masing-masing dapat
dikelompokkan dalam bentuk masing-masing dalam bentuk kategori. Karakter ini dikendalikan oleh sedikit gen. Sementara itu karakter
kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen. Karakter ini biasanya dipengaruhi
lingkungan.Pola pewarisan masing-masing karakterdiperlukan dalam menentukan strategipemuliaan tanaman (Dzikri, 2008).
Mendel
mempelajari karakter-karakter yang biasa digolongkansebagai ini-atau-itu
misalnya warna bunga ungu atau putih.Akan tetapi untuk banyak karakter,
misalnya warna kulit dan tinggi manusia klasifikasi ini-atau-itu mustahil
karena karakter tersebut bervariasi dalam populasi sepanjang suatu kontinum
atau kesinambungan (bergradasi).Karakter semacam ini disebut karakter
kuantitatif (Campbell, dkk, 2010).
Sifat-sifat dengan sebaran kontinyu
mempunyai nilai tertentu yang diperoleh melalui pengukuran
kuantitatif.Sebaliknya, sifat-sifat seperti warna biji, bentuk biji, warna
bunga, dan sebagainya, yang tidak memerlukan pengukuran untuk mendapatkan suatu
nilai disebut sifat kualitatif (Susanto, Agus Hery, 2011).
Dibawah ini disajikan ringkasan
beberapa perbedaan utama antara genetika kuantitatif dan kualitatif
(Stansfield, 1991):
No.
|
Genetika Kuantitatif
|
Genetika Kualitatif
|
Ciri-ciri dari derajat.
|
Ciri-ciri dari jenis.
|
|
Variasi kontinu;
pengukuran fenotip merupakan suatu spektrum.
|
Variasi diskontinu;
kelas-kelas fenotip yang jelas.
|
|
Pengendalian poligenik;
pengaruh gen-gen tunggal terlalu kecil untuk dapat dideteksi.
|
Gen tunggal memberikan
pengaruh yang jelas dapat dibedakan.
|
|
Mempersoalkan suatu populasi organisme
yang terdiri dari segala macam perkawinan yang dapat terjadi.
|
Mempersoalkan perkawinan-perkawinan
individu dan keturunannya.
|
|
Analisis statistik memberikan
estimasi (perkiraan) parameter-parameter populasi seperti
rata-rata dan deviasi standar.
|
Dianalisis dengan membuatpenghitungan
- penghitungan danrasio-rasio.
|
Pada pewarisan sifat,
kita dapat menemukan adanya variasi sifat yang diturunkan. Hal ini disebabkan
oleh gen ganda (multiple gen / poligen). Poligen merupakan suatu seri gen ganda
yang menentukan sifat secara kuantitatif. Dalam hal ini, pewarisan sifat
dikendalikan oleh lebih dari satu gen pada lokus yang berbeda dalam kromosom
yang sama atau berlainan. Pewarisan sifat yang dikendalikan oleh poligen
tersebut pertama kali ditemukan pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum) oleh
J. Kolreuter (1760). Saat menyilangkan tanaman dengan dua sifat beda, keturunan
yang didapat pada F1 adalah intermediet, sedangkan F2 terdapat banyak variasi
antara kedua tanaman induknya. Sifat keturunan terlihat berderajat berdasarkan
intensitas dari ekspresi sifat itu (Angitasari dan Atikasari, 2010).
Salah
satu dari kekeliruan dari kegagalan Mendel berasal dari studi tentang pewarisan
sifat-sifat yang secara kuantitatif berbeda-beda dengan cara yang kualitatif
yang mudah dikenal dan nyata. Namun manusia tidak ada yang tinggi atau pendek,
tidak pula berat atau ringan.Banyak sifat berlainan secara kuantitatif yang
berlanjut di seluruh populasi (Kimball, dkk., 1983).
Pada tahun 1909, seorang ahli
genetika Swedia Nilson Ehle menganalisis hasil pewarisan warna biji gandum
terigu dan berhasil menyumbangkan suatu konsep yang sangat penting
dalam genetika. Arti penting dari hasil Nilson Ehle terletak pada faktor bahwa
sifat-sifat itu tidak selalu ditentukan oleh pasangan gen yang berbeda yang
berinteraksi menghasilkan suatu fenotip tertentu (Agus, Rosana dan Sjafaraenan,
2013).
Perbedaan dasar antara sifat
kualitatif dan sifat kuantitatif melibatkan jumlah gen yang berkontribusi pada
variabilitas fenotip dan derajat di mana fenotip itu dapat dimodifikasi oleh
faktor-faktor lingkungan. Sifat-sifat kuantitatif dapat diatur oleh banyak
gen (mungkin 100 sampai 100 atau lebih), masing-masing berkontribusi
terhadap fenotip begitu sedikit sehingga pengaruh-pengaruh individunya tidak
dapat dideteksi dengan metode-metode Mendel. Gen-gen yang bersifat demikian
disebut poligen (Stansfield, 1991).
Beberapa
contoh sifat keturunan pada manusia yang diwariskan lewat poligen yaitu (Suryo,
1984) :
1.
Perbedaan Pigmentasi Kulit
Davenport menemukan pengaruh
poligen pada pigmentasi kulit manusia yang memperlihatkan variasi kuantitatip
antara warna muda sampai hitam-arang. Mereka membedakan 5 derajat warna yaitu
dari 0 sampai dengan 4. Pigmentasi kulit itu ditentukan oleh dua pasang gen
(misalnya A dan B), yang dominan terhadap masing-masing alelnya a dan b. Akan
tetapi penilaian oleh Curt Stern dan kawan-kawan menyatakan bahwa empat pasang
gen itu terlalu sedikit intuk menentukan perbadaan warna kulit pada manusia.
Mereka berpendapat bahwa empat pasang gen adalah lebih sesuai.
2.
Perbedaan Tinggi Tubuh
Menurut penyelidikan ada 4 pasang
gen yang ikut mempengaruhi tinggi tubuh orang. Akan tetapi disini dapat
dibedakan adanya gen-gen dasar (ialah gen-gen yang memberi tambahan pada tinggi
dasar). Gen-gen dasar di nyatakan dengan simbol a, b, c, d. Gen-gen ganda
dinyatakan dengan simbol T (untuk tinggi) dan t (untuk rendah).
3.
Sidik Jari
Sidik jari orang merupakan contoh
yang indah untuk mengetahui peranan poligen. Berdasarkan sistem Galton, dapat
dibedakan 3 pola dasar dari bentuk sidik jari yaitu bentuk lengkung atau arch,
bentuk sosok atau loop, dan bentuk lingkaran atau whorl. Jumlah rigi dari
sidik jari seseorang akan tetap pada waktu kira-kira minggu ke duabelas setelah
konsepsi dan tidak akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Klasifikasi dari
bentuk sidik jari tersebut didasarkan atas banyaknya triradius, yaitu
titik-titik dari mana rigi-rigi menuju ketiga arah dengan sudut kira-kira 1200.
Duabuah triradius terdapat pada bentuk lingkaran, sedangkan bentuk sosok
memiliki sebuah triradius. Jika bagian yang terbuka dari bentuk sosok dinamakan
sosok radial.Tetapi jika bagian yang terbuka itu menuju ke pangkal jari, maka
bentuk sosok disebut sosok ulnar.Deaton melaporkan bahwa pola sidik jari
tangan, telapak tangan dan telapak kaki mempunyai hubungan erat dengan berbagai
macam penyakit keturunan atau cacat karena kelainan kromosom, misalnya pada
pendertia sindrom down.Penderita sindrom down mempunyai garis pada telapak
tangan seperti kepunyaan kera dan banyak yang memiliki sidik jari bentuk
lingkaran atau sosok ulnar.
4.
Bibir sumbing dan Celah langit-langit
Kelainan ini disebabkan oleh
poligen.Di Amerika Serikat terdapat seorang diantaranya 750 sampai 1000
kelahiran yang memiliki kelainan ini.
5.
Warna Mata Manusia
Apabila mata manusia diperhatikan
dengan baik,nampak jelas bahwa warnanya berbeda-beda tergantung dari
pengandungan pigmen melanin didalam iris. Kecuali pada orang albino yang
tidakmemiliki pigmen melanin.Meskipun menurunnya warna mata sangat kompleks
namun menurut Davenport (1913) dapatmembedakan 5 kelas fenotipe.Hughes (1944)
bahkan dapat mengenal 7 kelas fenotip.Apabila kita berpedoman pada aturan bahwa
banyaknya kelas fenotip ialah satu lebih banyak dari dua kali jumlah pasangan
poligen, maka 9 kelas fenotip dapat dibedakan sebagaihasil dari berperannya 4
pasang gen.
6.
Hidrosefali
Hidrosefali, yaitu membesarnya
kepala karena berisi cairan, tidak selalu genetis.Akan tetapi ada salah satu
tipe penyakit hidrosefali yang disebabkan oleh poligen. Sebelum atau segera
setelah anak lahir, cairan serebrospinal menggumpal dalam tengkorak dan
menyebabkan kepala menjadi membesar. Biasanya disertai dengan cacat
mental dan kebanyakan hidupnya tidak lama.
7.
Diabetes, tekanan darah tinggi, beberapa penyakit
jantung, dan intelegensiaPenyakit ini pun di duga disebabkan oleh poligen.
Ada tiga kelompok sifat yang
pewarisannya langsung sebagai sifat kuantitatif, masing-masing adalah (Susanto,
Agus Hery, 2011) :
1. Sifat
kontinyu, yaitu sifat yang bervariasi diantara kedua ekstrim tanpa ada
pemisahan tegas dari satu fenotip ke fenotip berikutnya. Contohnya antara lain
produksi susu sapi, produksi padi, laju tumbuh tanaman, serta tekanan darah
pada manusia, dapat dipahami bahwa pada sifat kontinyu banyaknya fenotip yang
mungkin muncul di antara kedua ekstrim menjadi tidak terbatas.
2. Sifat
meristik, yaitu sifat kuantitatif yang fenotipnya ditentukan melalui
perhitungan. Karena penentuannya dilakukan dengan perhitungan, maka sifat
meristik mempunyai sifat sebaran fenotip yang tidak kontinyu. Akan tetapi
dilihat dari cara pewarisannya, sifat ini termasuk sifat kuantitatif. Jumlah
telur yang dihasilkan oleh seekor ayam betina, jumlah bulir padi tiap malai,
jumlah biji kedelai tiap polong merupakan contoh sifat meristik.
3. Sifat ambang
(threshold character), yaitu sifat yang hanya mempunyai dua atau
beberapa kelas fenotip, tetapi pewarisannya ditentukan oleh banyak gen dan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti halnya sifat kuantitatif pada
umumnya. Sebagai contoh dapat dikemukakan berbagai kelainan bawaan pada
manusia.Dalam hal ini kita mungkin hanya mengenal individu yang normal dan
abnormal.Namun, sebenarnya tiap individu memiliki resiko dasar menuju kondisi
abnormal tersebut. Jika besar resikonya berada di bawah nilai ambang, maka
individu yang bersangkutan akan memiliki fenotip normal. Sebaliknya, jika
besarnya resiko berada di atas nilai ambang, muncullah kondisi itu.
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan
ini adalah kuas, wadah cat, alat tulis menulis dan koin.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan
ini adalah cat air, air, kertas dan tissue.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah
sebagai berikut:
1.
Menyiapkan
alat dan bahan yang diperlukan.
2.
Membuat
12 bulatan dengan menggunakan koin pada selembar kertas dengan rincian, 2
bulatan sebagai parental, 1 bulatan sebagai F1 dan 9 bulatan sebagai F2.
3.
Memberi
nomor (1,2,3,4,5,6,7,8,9) pada 9 bulatan F2.
4.
Mengambil
warna hitam lalu meletakkannya pada bulatan parental ♂ dan bulatan
nomor 9.
5.
Mengambil
warna putih lalu meletakkannya pada bulatan parental ♀ dan bulatan
nomor 1.
6.
Mencampurkan
kedua parental lalu meletakkan hasilnya pada F1 dan bulatan nomor 5.
7.
Mencampurkan
bulatan nomor 5 dan bulatan nomor 1 lalu meletakkan hasilnya pada bulatan nomor
3.
8.
Mencampurkan
bulatan nomor 3 dan bulatan nomor 1 lalu meletakkan hasilnya pada bulatan nomor
2.
9.
Mencampurkan
bulatan nomor 5 dan bulatan nomor 3 lalu meletakkan hasilnya pada bulatan nomor
4.
10. Mencampurkan bulatan nomor 5 dan
bulatan nomor 9 lalu meletakkan hasilnya pada bulatan nomor 7.
11. Mencampurkan bulatan nomor 5 dan
bulatan nomor 7 lalu meletakkan hasilnya pada bulatan nomor 6.
12. Mencampurkan bulatan nomor 7 dan
bulatan nomor 9 lalu meletakkan hasilnya pada bulatan nomor 8.
13. Membuat laporan praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Agus, Rosana dan Sjafaraenan. 2013. Penuntun
Praktikum Genetika. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Angitasari Vera dan Atikasari Sandra. 2010. Pewarisan Gen Ganda (Poligen)
Pada Pigmentasi Kulit. http://www.scribd.com/doc. Diakses pada tanggal 28 Maret 2014 pukul
20:15 WITA.
Campbell,
N.A, Reece, Jane,B., dan Mitchell, Lawrence, G. 2010. Biologi Edisi kedelapan jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Dzikri,
Muhammad. 2008. Pola Pewarisan Beberapa Karakter Kualitatif dan Kuantitatif
pada Cabai (Capsicum annuum L.). Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kimball, J.W., Tjitrosomo, S.S., dan Sugiri, N. 1983. Biologi Jilid 1 Edisi Kelima. Erlangga.
Jakarta.
Mentari,
Destiny. 2012. Pewarisan
Kuantitatif. http://mentarib1ru.blogspot.com. Diakses pada tanggal 28 Maret 2014
pukul 20:50 WITA.
Stansfield, William D. 1991. Genetika. Erlangga. Jakarta.
Suryo, 1984. Genetika Manusia. Gajah Mada University
Press.Yogyakarta.
Susanto, A. H. 2011.Genetika. Graha Ilmu. Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment