Search This Blog

Wednesday, May 21, 2014

Laporan Metode Sampling dan Analisis Vegetasi

LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM

PERCOBAAN VI
METODE SAMPLING DAN ANALISIS VEGETASI

NAMA                            : KHAERUNNISA
NIM                                : H41113342
HARI/TANGGAL        : SABTU / 3 MEI 2014
KELOMPOK                : VIII (DELAPAN) B
ASISTEN                       : RISPAH HAMZAH
 SAKINAH JULIANTI

 
LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Analisis vegetasi merupakan sebuah cara untuk mempelajari komposisi jenis dan struktur vegetasi atau kelompok tumbuh-tumbuhan. Dalam ekologi hutan satuan yang diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit (Loveless, 1983).
Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya dan mempelajari tegakan tumbuh-tumbuhan bawah, yaitu suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar (Loveless, 1983).
Suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi dapat dilakukan dengan sampling,  bagian dari metodologi statistika yang berhubungan dengan pengambilan sebagian dari populasi. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu jumlah petak, cara peletakkan petak dan teknik analis vegetasi yang digunakan (Loveless, 1983).
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus berukuran sedang tidak besar dan tidak kecil agar dapat memudahkan kita melakukan Analis Vegetasi. Karena titik berat analisis vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika tidak bisa menentukan luas petak maka dapat menggunakan teknik kurva spesies area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, dapat ditetapkan luas minimum suatu peta yang dapat mewakili habitat yang akan diukur dan jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakkan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur (Marsono, 1977).
Untuk mengetahui bagaimana metode sampling dan analisis vegetasi dilakukanlah percobaan ini untuk menentukan vegetasi suatu komunitas dengan menggunakan metode petak tunggal, petak ganda, line transek, belt transek dan metode loop.

I.2 Tujuan Praktikum
Tujuan percobaan ini, yaitu :
1.      Untuk mengetahui kepadatan, frekuensi, dan dominasi dari organisme penyusun dalam suatu komunitas dengan menggunakan metode petak tunggal, petak ganda, line transek, belt transek dan metode loop.
2.      Melatih keterampilan mahasiswa  dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam analisis populasi.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
   Percobaan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 3 Mei 2014, praktikum dalam laboratorium dilakukan pada pukul 14.00 - 20.00 WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar dan pengambilan data dilakukan di pelataran Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ilmu vegetasi telah mengembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei,1990).
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Syafei, 1990).        
Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut (Syafei, 1990).
Pada komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan di antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu yang berbeda seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon atau liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan mempunyai klas morfologi yang berbeda yang terbentuk dalam sinusie misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit dalam sinusie epifit dan sebagainya (Syafei, 1990).
Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Indriyanto, 2006).
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Rani, 2011).
Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari atau diselidiki. Tujuannya untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan, terdiri dari (Rohman dan Wayan, 2001), yaitu :           
1.      Belt transect (transek sabuk)
Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan yang baik. Panjang transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya.
2.      Line transect (transek garis)
Pada metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/dijumpai. Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat. Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar.
Pada pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang diperoleh dari sample. Keempat sifat itu  sebagai berikut (Dedy, 2010), yaitu:  
1.   Ukuran petak.      
2.   Bentuk petak.       
3.   Jumlah petak.       
4.   Cara meletakkan petak di lapangan.
            Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis
(Marsono, 1977).        
Pada dasarnya hampir semua kegiatan pengukuran untuk analisis vegetasi dilakukan pengukuran terhadap jenis-jenisnya, kerapatan atau jumlah individu per jenis, frekuensi kehadirannya, diameter batang atau luas penutupan tajuk dan tinggi pohon. Walaupun demikian, parameter vegetasi yang diukur akan tergantung pada informasi yang dikehendaki dan tujuan penelitian
(Wolf dan Naughton, 1990).
Sampling fauna biasa menentukan kepadatan mutlak yang seringkali tidak
mungkin dilakukan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat indeks kepadatan yang umum digunakan untuk keperluan pembandingan. Indeks itu  hanya dinyatakan seabagai jumlah individu per unit habitat atau jumlah inidividu per unit usaha, bukan lagi jumlah individu per unit luas
(Soegianto, 1994).
Sampling tumbuhan menentukan permasalahan yang sering kita hadapi  dalam menentukan suatu individu tanaman. Tumbuhan yang berbentuk pohon atau herba. Untuk tanaman yang hidup di dalam kelompok atau bereproduksi secara vegetatif dengan akar di dalam tanah, cara yang umum digunakan adalah menganggap individu-inidividu tersebut terputus-putus. Sedangkan untuk tanaman yang tumbuh dalam bentuk rumpun, maka setiap rumpun dianggap sebagi satu individu. Dalam ekologi, frekuensi dipergunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi suatu spesies tertentu dengan jumlah total sampel. Frekunsi relatif suatu spesies adalah frekuensi dari suatu spesies dibagi dengan jumlah frekuensi dari semua spesies yang terdapat dalam suatu komunitas (Soegianto, 1994).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesies yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatif. Dari nilai relatif ini, akan diperoleh sebuah nilai yang merupak INP (Indeks Nilai Penting). Nilai ini digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi yang diamati. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1990).
Apabila berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya sebagai berikut (Marsono, 1977), yaitu:      
1.      Belukar (Shrub)
Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
2.      Epifit (Epiphyte)
Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit.
3.      Paku-pakuan (Fern)
Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.
4.      Palma (Palm)
Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi, tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
5.      Pemanjat (Climber)  
Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.
6.      Terna (Herb)
Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
7.      Pohon (Tree)
Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.

BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya patok panjang 1 meter, tali rafia ½ km, lingkaran dari tutup gelas aqua, dan penggaris.

III.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tumbuhan yang terdapat di dalam plot.

III.3 Cara Kerja
            Cara kerja yang dilakukan dalam percobaan ini sebagai berikut:
1.      Cara pengambilan data :
A.    Metode Petak Tunggal
a.       Pertama, areal yang akan diamati populasinya ditentukan, kemudian plot berukurann 1 x 1 m diletakkan di areal tersebut.
b.      Semua tumbuhan yang ada dalam plot tersebut dihitung jumlahnya dan ditentukan jenisnya.
c.       Pengambilan data dilakukan sebanyak 1 kali tanpa pengulangan.
B.     Metode Petak Ganda
a.       Pertama, areal yang akan diamati populasinya ditentukan, kemudian plot berukurann 20 x 10 cm diletakkan di areal tersebut.
b.      Semua tumbuhan yang ada dalam plot tersebut dihitung jumlahnya dan ditentukan jenisnya.
c.       Pengambilan data dilakukan sebanyak 5 kali pada tempat yang berbeda.
C.     Metode Line Transek
a.       Pertama, areal yang akan diamati populasinya ditentukan, kemudian tali sepanjang 10 m dibentangkan memanjang.
b.      Semua tumbuhan yang ada di bawah tali tersebut dihitung dan di tentukan jenisnya.
c.       Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali pada tempat yang berbeda.
D.    Metode Belt Transek
a.       Pertama, areal yang akan diamati populasinya ditentukan, kemudian tali dibentangkan sepanjang 30 m.
b.      Setelah itu pada bagian lebarnya dibentangkan tali sepanjang 10 m.
c.       Plot yang berukuran 30 x 10 m ini kemudian di bagi 3 menjadi 3 bagian 10 x 10 m.
d.      Semua tumbuhan dalam hal ini pohon yang ada di bagian plot pertama dan plot ketiga dihitung dan dianalisis jenisnya.
e.       Plot kedua tidak dihitung dengan asumsi bahwa vegetasi pada lokasi yang berdekatan hampir sama sehingga tidak perlu di amati karena akan menghasilkan hasil yang serupa dengan plot disampingnya.
E.     Metode Loop
a.       Pertama, areal yang akan diamati populasinya ditentukan, kemudian tali dibentangkan sepanjang 33,3 m dan diberi titik .
b.      Tiap 33,3 cm dilakukan pengamatan dengan cara menempatkan lingkaran (tutup gelas aqua) di titik tersebut.
d.      Kemudian semua tumbuhan yang ada di dalam lingkaran tersebut dihitung dan ditentukan jenisnya.
e.       Pengambilan data dilakukan sebanyak 100 kali pada tiap 33,3 cm dari titik sebelumnya.
2.      Cara kerja di laboratorium :
A.    Metode Petak Tunggal
a.         Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan beberapa parameter.
b.         Parameter yang diukur adalah kerapatan, frekuensi, dominasi, beserta indeks nilai penting.
B.     Metode Petak Ganda
a.         Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan beberapa parameter.
b.         Parameter yang diukur adalah kerapatan, frekuensi, dominasi, beserta indeks nilai penting.
C.     Metode Line Transek
a.         Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan beberapa parameter.
b.         Parameter yang diukur adalah kerapatan, frekuensi, dominasi, beserta indeks nilai penting.
D.    Metode Belt Transek
a.         Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan beberapa parameter.
b.         Parameter yang diukur adalah kerapatan, frekuensi, dominasi, beserta indeks nilai penting.
E.     Metode Loop
a.         Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan beberapa parameter.
b.         Parameter yang diukur adalah kerapatan, frekuensi, dominasi, beserta indeks nilai penting


DAFTAR PUSTAKA



Dedy, 2010, Vegetasi, http://dydear.multiply.com, diakses pada hari Minggu, 4 Mei 2014 pukul 20.00 WITA, Makassar.

Indriyanto, 2006, Ekologi Hutan, PT. Bumi Aksara,  Jakarta.

Irwanto, 2009, Analisis Vegetasi Parameter Kuantitatif, http://www.irwanto shut.net, diakses pada hari Minggu, 4 Mei 2014 pukul 20.20 WITA, Makassar.

Lovelles, A.R., 1983, Biologi, Erlangga, Jakarta.

Marsono, D. J., 1977, Potensi dan Kondisi Hutan Hujan Tropika Basah di Indonesia Buletin, Erlangga, Jakarta.

Michael, 1990, Pengantar Ekologi, PT Remaja Rosdakarya, Jakarta.

Rani, C., 2011, Metode Pengukuran dan Analisis Pola Spasial (Dispersi) Organisme  Bentik, http://respository.unhas.ac.id, diakses pada hari Minggu, 4 Mei 2014 pukul 20.30 WITA, Makassar.

Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha, 2001, Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan, JICA, Malang.

Soegianto, A., 1994, Ekologi Kuantitatif, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya.

Syafei, 1990, Dinamika Populasi: Kajian Ekologi Kuantitatif, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Wolf, L., dan Mc NaughtonS. J., 1990,  Ekologi Umum,  Universitas Gajah Mada Press, Jogjakarta.


No comments: