Makalah
Parasitology
Oleh:
Arbianus Semba
Astrid Safira Idham
Tirza Febriany Sopacua
Reinildis Regina
Khaerunnisa
Dewinta Nur
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas rahmat dan karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan apa yang kami harapkan.
Makalah PARASITOLOGI mengenai
helmintologi (berupa cacing) yang dispesifikasikan pada Ascaris
lumbricoides, merupakan bahasan yang akan kami uraikan selanjutnya.
Kegiatan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah parasitologi, yang menjadi
pembelajaran bagi kami agar bertambahnya wawasan kami mengenai parasit,
terutama parasit pada kesehatan manusia.
Semoga apa yang kami
persembahkan dapat menjadi motivasi dalam meningkatkan prestasi belajar para
mahasiswa khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Kami mohon maaf bila ada
kesalahan, oleh karena itu saran yang baik sangat kami harapkan bagi para
mahasiswa guna meningkatkan kualitas makalah selanjutnya.
Makassar,
1 April 20114
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
judul…………………………………………………………………….…. 1
Kata
Pengantar..............................................................................................................
2
Daftar
isi…………………………………………………………………….......….…3
BAB
I. Pendahuluan
A. Latar
belakang……………………………………………………….........………4
B. Rumusan
masalah…………………………………………………..….......……...4
C. Tujuan......................................................................................................................5
BAB
II. Pembahasan
1.1 Pengertian
……………………..…………………………………….......……….6
2.1 Siklus Hidup…………………………………………………………...........……..6
3.1
Morfologi dan Lingkungan hidup....………………………………………...…….7
4.1 Epidemiologi ……………………………………………...…………….…...……9
5.1 Patologi
klinik........................................................................................................10
6.1 Diagnosa …………………………………………………………..........………..11
7.1 Pengobatan…………………………………………………………………...…..11
BAB III . Penutup
A.
Simpulan.................................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................12
Daftar Pustaka………………..……………………………………………….........13
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Indonesia masih banyak
penyakit yang merupakan masalah kesehatan, salah satu diantaranya ialah cacing
gelang yang ditularkan melalui tanah. Cacingan ini dapat mengakibatkan
menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktifitas penderitanya
sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian, karena menyebabkan
kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga menurunkan
kualitas sumber daya manusia. Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya
masih sangat tinggi, terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu
mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakit ini. (Surat Keputusan Menteri
Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI, 2006:1).
B. Rumusan masalah
1) Pengertian Ascaris
lumbricoides
2) Siklus
Hidup Ascaris lumbricoides
3) Morfologi
dan Lingkungan Hidup Ascaris lumbricoides
4) Epidemiologi Ascaris
lumbricoides
5) Patologi
Klinik Ascaris lumbricoides
6) Diagnosa Ascaris
lumbricoides
7) Pengobatan Ascaris
lumbricoides
C. Tujuan
Memahami Pengertian Ascaris
lumbricoides, siklus hidup, morfologi dan lingkungan hidup Ascaris
lumbricoides, Epidemiologi Ascaris lumbricoides.
Diagnosa pada umumnya, Serta cara pengobatan ataupun terapi untuk penderita
cacing Ascaris lumbricoides.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian
Ascaris
lumbricoides atau yang lebih dikenal dengan cacing gelang merupakan salah
satu cacing yang merugikan bagi manusiadari kelas Nematoda dalam FilumNemathelminthes. Ascaris
lumbricoides hidup di dalam tubuh tepatnya di dalam usus halus. Ascaris
lumbricoides hidup di dalam usus halus karena di dalam usus halus
cacing perut ini dapat memperoleh makanan dengan mudah. Ascaris
lumbricoides masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang telah
terkontaminasi telur cacing perut.
Telur cacing perut keluar
bersama feses, ketika telur cacing tersebut berada di makanan dan makanan itu
kita makan maka kemungkinan besar cacing ini akan tumbuh di dalam tubuh kita.
Setelah telur masuk ke dalam tubuh, telur akan menetas dan akan menjadi cacing
ke dalam usus halus. Karena ukurannya yang microscopis, maka cacing ini dapat
menembus dinding-dinding usus, jalan terus hingga ke paru-paru. Sampai
paru-paru cacing perut ini terus berjalan ke trakea lalu kembali lagi ke dalam usus
halus melalui esofagus.
2.1 Siklus Hidup
Bentuk infektif bila
tertelan oleh manusia dengan menetas diusus halus. Larvanya akan menembus
dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan ke
jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru, larva yang ada di paru
menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus masuk rongga
alveolus kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea
larva ini menuju ke faring, sehingga akan menimbulkan rangsangan pada faring.
Selanjutnya larva akan masuk ke saluran pencernaan dan di usus halus larva
berubah menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa akan melakukan perkawinan sehingga
cacing betina akan gravid dan bertelur. Telur cacing akan bercampur dengan
faeces manusia. Pada saat buang air besar telur keluar bersama faeces dan
berada di alam (tanah) untuk menjadi matang. Telur matang tertelan kembali oleh
manusia melalui makanan yang terkontaminasi telur. Satu putaran siklus
hidup Ascaris lumbricoides akan berlangsung kurang lebih
selama dua bulan.
3.1
Morfologi dan Lingkungan Hidup
Cacing Ascaris
lumbricoides memiliki 2 stadium dalam perkembangannya, yaitu :
1. Telur : telur fertil, infertil dan yang
telah mengalami dekortikasi
2. Bentuk dewasa.
Stadium telur spesies ini berbentuk bulat
oval dan ukurannya berkisar antara 45 – 75 mikron x 35 – 50 mikron. Telur Ascaris
lumbricoides sangat khas dengan susunan dinding telurnya yang relatif
tebal dengan bagian luar yang berbenjol-benjol. Dinding telur tersebut tersusun
atas tiga lapisan, yaitu :
a. Lapisan luar yang tebal dari bahan
albuminoid yang bersifat impermiabel.
b. Lapisan tengah dari bahan hialin bersifat impermiabel
( lapisan ini yang memberi bentuk telur )
c. Lapisan paling dalam dari bahan vitelline bersifat
sangat impermiabel sebagai pelapis sel telurnya.
Telur cacing ini sering
ditemukan dalam 2 bentuk, yaitu telur fertile (dibuahi) dan telur yang
infertile (tidak dibuahi).Telur fertil
yang belum berkembang biasanya tidak memiliki rongga udara, tetapi yang telah
mengalami perkembangan akan didapatkan rongga udara. Pada telur fertile yang
telah mengalami pematangan kadangkala mengalami pengelupasan dinding telur yang
paling luar sehingga penampakan telurny tidak lagi berbenjol-benjol kasar
melainkan tampak halus. Telur yang telah mengalami pengelupasan pada lapisan
albuminoidnya tersebut sering dikatakan telah mengalami proses dekortikasi.
Pada telur ini lapisan hialin menjadi lapisan yang paling luar.Telur infertil; bentuknya lebih lonjong,
ukuran lebih besar, berisi protoplasma yang mati sehingga tampak lebih
transparan.
Pada stadium dewasa, cacing
spesies ini dapat dibedakan jenis kelaminnya. Biasanya jenis betina memiliki
ukuran yang relatif lebih besar dibandingkan jantan. Pada bagian kepala
(anterior) terdapat 3 buah bibir yang memiliki sensor papillae, satu pada
mediodorsal dan 2 buah pada ventrolateral. Diantara 3 bibir tersebut terdapat
bucal cavity yang berbentuk trianguler dan berfungsi sebagai mulut. Jenis
kelamin jantan memiliki ukuran panjang berkisar antara 10 – 30 cm sedangkan diameternya antara 2 – 4 mm. Pada bagian
posterior ekornya melingkar ke arah ventral dan memiliki 2 buah spikula.
Sedangkan jenis kelamin betina panjang badannya berkisar antara 20 – 35 cm
dengan diameter tubuh antara 3 – 6 mm. Bagian ekornya relatif lurus dan
runcing.
Gambar Cacing Ascaris lumbricoides :
Infeksi yang disebabkan oleh cacing Ascaris
lumbricoidesdisebut Ascariasis. Di Indonesia
prevalensi Ascariasis tinggi, frekuensinya antara 60% sampai
90% terutama terjadi pada anak-anak.A. lumbricoides banyak terjadi
pada daerah iklim tropis dan subtropis khususnya negara-negara berkembang
seperti Amerika Selatan, Afrika dan Asia
Seekor cacing betina dapat
bertelur sebanyak 100.000 – 200.000 butir sehari, terdiri dari telur yang
dibuahi dan yang tidak dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai maka
telur yang dibuahi akan berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang
lebih 3 minggu.
Spesies ini dapat ditemukan
hampir diseluruh dunia, terutama didaerah tropis dengan suhu panas dan sanitasi
lingkungan jelek. Semua umur dapat terinfeksi jenis cacing ini. Anak kecil yang
sering bermain dengan tanah akan berpeluang besar untuk terkontaminasi
oleh telur cacing, mengingat telur cacing ini mengalami pematangan di tanah.
Dengan demikian perlu diperhatikan kebersihan diri dan sanitasi lingkungan
sekitar tempat bermain anak.
5.1 Patologi Klinik
Gejala
klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa.
Pada stadium larva, Ascaris dapat
menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru akan menyebabkan sindrom Loeffler.
Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak napas, eosinofilia,
dan pada foto Roentgenthoraks terlihat infiltrat yang
akan hilang selama 3 minggu.
Pada stadium dewasa, di usus cacing akan
menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan,
muntah-muntah, diare, konstipasi,
danmual. Bila cacing masuk ke
saluran empedu makan
dapat menyebabkan kolik atauikterus.
Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan
atau abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen.
6.1 Diagnosa
Diagnosa pasti untuk Askarisasis yaitu dengan
cara menemukan telur cacing dewasa pada feses. Metode-metode yang digunakan
dalam pemeriksaan feses ada dua cara, yaitu dengan metode langsung (dengan
kaca prnutup ataupun tidak dengan kaca penutup) dan meetode tidak langsung
(dengan cara sedimentasi atau sentrifuge, cara flotasi dengan NaCl jenuh).
Salah satu metode pemeriksaan telur cacing
selain dengan pemeriksaan tinja yang diagnosis, dapat pula dibuat bila cacing
dewasa keluar sendiri baik melalui mulut (berupa muntahan) ataupun kotoran atau
tinja.
7.1 Pengobatan
Pengobatan
dengan farmasi
Pengobatan askariasis dapat digunakan
obat-obat sepreti pirantel pamoat, mebendazol,albendazol, piperasin.
Pengobatan
tradisional
Beberapa hasil studi terbaru dalam literature
medis yang mengusulkan benihsemangka dan papaya yang dijemur dibawah terik
matahari dapat mengurangiinfeksi cacing. Pada orang dewasa diberikan dosis satu
sendok makan benih yangdicampur dengan gula dalam satu gelas air satu kali
seminggu selama duaminggu. Gula memberikan rasa pahit yang bertindak sebagai
obat pencuci perut.
BAB
III
Penutup
A.
Kesimpulan
Ascaris
lumbricoides atau yang lebih dikenal dengan cacing gelang merupakan salah
satu cacing yang merugikan bagi manusiadari kelas Nematoda dalam FilumNemathelminthes. Hospes parasit ini
adalah manusia. Telur cacing Ascaris lumbricoides yang berada
pada makanan ataupun tangan yang tidak bersih, akan masuk ke dalam tubuhdan
tumbuh berkembang hingga dewasa di dalam usus manusia. Cacing Ascaris
lumbricoides memiliki 2 stadium dalam perkembangannya, yaitu :
1. Telur : telur fertil, infertil dan yang
telah mengalami dekortikasi
2. Bentuk dewasa.
Stadium telur spesies ini berbentuk bulat
oval dan ukurannya berkisar antara 45 – 75 mikron x 35 – 50 mikron. Telur Ascaris
lumbricoides sangat khas dengan susunan dinding telurnya yang relatif
tebal dengan bagian luar yang berbenjol-benjol. Dinding telur tersebut tersusun
atas tiga lapisan, yaitu :
a. Lapisan luar yang tebal dari bahan
albuminoid yang bersifat impermiabel.
b. Lapisan tengah dari bahan hialin bersifat
impermiabel ( lapisan ini yang memberi bentuk telur )
c. Lapisan paling dalam dari bahan vitelline
bersifat sangat impermiabel sebagai pelapis sel telurnya.
Di Indonesia
prevalensi Ascariasis tinggi, frekuensinya antara 60% sampai
90% terutama terjadi pada anak-anak. Diagnosa pasti untuk Askarisasis
yaitu dengan cara menemukan telur cacing dewasa pada feses. Pengobatan untuk
seseorang yang mengidap penyakit cacingan Ascaris, dapat
dilakukan pengobatan secara farmasi maupun tradisional.
B.
Saran
Adapu
sarang yang kami sarankaun untuk masyarakat dalam menghindari penyakit ini
adalah:
1.
Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging
babi, daging sapi dan daging ikan).
2.
Minum air yang sudah dimasak mendidih baru
aman.
3.
Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku,
membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar.
4.
Tidak boleh buang air kecil/besar di
sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus
dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.
5.
Bila sudah terjadi infeksi Ascaris lumbricoides maka
penderita harus segera di beri obat cacingan atau segera di bawa ke dokter
untuk tindakan lebih lanjut.
6.
Dan yang terpenting, jagalah higiene
masing-masing personal serta sanitas lingkungan.
Daftar
pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Cacing_tambang
http://www.scribd.com/search?cat=cacing+tambang&sq=Search#913
http://www.pdf-search-engine.com/cacing-tambang-pdf.html
http://www.scribd.com/doc/13758753/ASCARIS-LUMBRICOIDES
http://id.wikipedia.org/wiki/Askariasis
http://www.metapathogen.com/hookworm/humanhookworms/
http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/html/ascariasis.htm
http://aditya-pandhu.blogspot.com/2010/04/ascaris-lumbricoides-cacing-perut.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Ascaris_lumbricoides
http://www.metapathogen.com/roundworm/
1 comment:
Thanks for your information. Please accept my comments to still connect with your blog. And we can exchange backlinks if you need.
What Is Anemia?
What Is Aortic Aneurysm?
What Is Angina Pectoris?
What Is Arrhythmias?
What Is Ascariasis?
Post a Comment