Search This Blog

Thursday, May 15, 2014

Laporan imitasi perbandingan genetis

LAPOTAN PRAKTIKUM
GENETIKA



PERCOBAAN I

IMITASI PERBANDINGAN GENETIS



NAMA                       :   KHAERUNNISA

NIM                            :   H41113342

HARI/TANGGAL    :   KAMIS, 6 MARET 2014

KELOMPOK            :   3 (TIGA) B

ASISTEN                   :   PINKAN C.I. TUMANDUK









LABORATORIUM GENETIKA
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Makhluk hidup yang ada di muka bumi ini sangat beragam. Setiap jenis makhluk hidup mempunyai sifat dan ciri tersendiri sehingga dapat membedakannya antara yang satu dengan yang lainnya. Sifat atau ciri yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup ada yang dapat diturunkan dan ada pula yang tidak dapat diturunkan. Dalam pewarisan sifat dari generasi ke generasi berikutnya mengikuti pola tertentu yang khas bagi setiap makhluk hidu. Pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya disebut hereditas. Cabang biologi yang khusus mempelajari tentang hereditas adalah genetika. Tokoh yang sangat berjasa dalam menemukan hukum-hukum genetika adalah Gregor Johann Mendel (1822 – 1884) dari Austria. Beliau lahir tanggal 22 Juli 1822. Karena jasanya itu beliau dijuluki sebagai Bapak Genetika (Elvita, dkk., 2008).
Mendel mengadakan hipotesis bahwa sifat-sifat tersebut ditentukan oleh sepasang unit, dan hanya sebuah unit diteruskan kepada keturunannya oleh setiap induk. Hal ini dikenal dengan hukum Mendel I (Segregasi bebas) (Agus, Rosana dan Sjafaraenan, 2013).
Mendel mencoba mengidentifikasi penurunan dua sifat secara bersamaan, misalnya warna biji dan bentuk biji yang diamati sampai generasi F2. Prediksi awal Mendel dalam hal ini akan menghasilkan rasio fenotipe generasi F2 adalah 3:1 seperti pada persilangan monohibrid. Namun, ketika Mendel menggolongkan keturunan F2 hasil yang diperoleh mendekati rasio 9:3:3:1 sesuai dengan hipotesis alternatif Mendel dimana kedua pangan alel bersegregasi secara bebas satu sama lain dan dapat membentuk kombinasi-kombinasi fenotip dengan rasio 9:3:3:1. Pengamatan ini menghasilkan formulasi Hukum Mendel II (asortasi bebas) yang menyatakan bahwa setiap pasangan alel bersegregasi secara bebas terhadap pasangan alel-alel lain selama pembentukan gamet (Campbell, dkk., 2008).
            Berdasarkan hal diatas maka dilakukanlah percobaan untuk membuktikan teori Mendel dengan rasio fenotip F2 yang diperoleh 9:3:3:1 melalui imitasi perbandingan genetis.

I.2 Tujuan Percobaan
            Tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen-gen  yang dibawa oleh gamet-gamet tertentu dan akan bertemu secara acak atau random

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
            Percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 6 Maret 2014 pukul 14.00-17.00 WITA. Percobaan ini bertempat di Laboratorium Biologi Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Seorang biarawan dari Austria, bernama Gregor Johann Mendel, menjelang akhir abad ke-19 melakukan serangkaian percobaan persilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Mendel menyilangkan tanaman kacang Ercis yang tinggi dengan yang pendek, sehingga mendapatkan tanaman yang semuanya tinggi. Selanjutnya tanaman tinggi hasil persilangan dibiarkan menyerbuk sendiri. Ternyata keturunannya memperlihatkan nisbah (perbandingan) tanaman tinggi terhadap tanaman pendek sebesar 3:1 (Susanto, 2011).
Jika diadakan penyerbukan silang antara dua tanaman homozigot yang berbeda satu sifat missal Mirabilis jalapa (bunga pukul empat) berbunga merah yang disilangkan dengan yang berbunga putih, maka terjadilah F1 yang berbunga jambon (Merah muda). F1 yang kita sebut monohibrida ini bukan homozigot lagi, melainkan suatu heterozigot. Jika tanaman F1 ini kita biarkan mengadakan penyerbukan sendiri, kemudian biji-biji yang dihasilkan itu kita tumbuhkan, maka kita peroleh F2 yang berupa tanaman berbunga merah, tanaman berbunga jambon dan tanaman berbunga putih, jumlah-jumlah mana berbanding 1:2:1. Maka biji-biji F2 yang berbunga merah itu kiat tumbuhkan, kita peroleh F3 yang berbunga merah. Demikian pula biji-biji dari F2 yang berbunga putih , jika itu kita tumbuhkan kita peroleh F3 yang berbunga putih. Senaliknya F2, yang berbunga jambon itu menghasilkan F3 yang terdiri atas tanaman berbunga merah, tanaman berbunga jambon dan tanaman berbunga putih dalam perbandingan 1:2:1 lagi. Dalam hal ini maka warna jambon itu kita namakan warna intermediet antara merah dan putih. Jadi F1 tersebut diatas merupakan suatu monohibrida yang intermediet (Djidjosepoetro,1974).
Suatu penjelasan yang mungkin diberikan mengenai hereditas adalah hipotesis “pencampuran” suatu gagasan bahwa materi genetik yang disumbangkan kedua orang tua bercampur dengan cara didapatkannya warna hijau dari pencampuran warna biru dan kuning. Hipotesis ini memprediksi bahwa dari generasi ke generasi, populasi dengan perkawinan bebas akan memunculkan populasi individu yang seragam. Namun demikian, pengamatan kita setiap hari, dan hasil percobaan pengembangbiakan hewan dan tumbuhan , ternyata bertoak belakang dengan prediksi tersebut. Hipotesis pencampuran juga gagal untuk menjelaskan fenomena lain dari penurunan sifat , misalnya sifat – sifat yang malompati sebuah generasi (Elvita, dkk., 2008).
Mendel menemukan prinsip-prinsip dasar tentang pewarisan sifat dengan cara membiakkan ercis kebun dalam percobaan-percobaan yang dirancang secara hati-hati, dengan meneliti ercis yang tersedia dalam banyak varietas, misalnya satu varietas memiliki bunga ungu, sedangkan varietas yang lain memiliki bunga putih. Sifat terwariskan yang berbeda-beda diantra individu, misalnya warna bunga, disebut karakter. Setiap Varian untuk satu karakter, misalnya warna ungu atau putih untuk buanga, disebut sifat (trait) (Cambell, dkk., 2010 ).
Dalam suatu percobaan,jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena selalu saja ada penyimpangan.Yang menjadi masalah ialah berapa banyak penyimpangan yang masih bisa kita terima.Menurut perhitungan para ahli statistic tingkat kepercayaan itu adalah 5 % yang masih dianggap batas normal penyimpangan. Untuk percobaan genetika sederhana biasanya dilakukan analisis Chi-squrae (Nio, 1990).
Hukum Mendel I atau hukum segregasi membahas tentang  pemisahan faktor-faktor pembawa sifat (alel) pada waktu pembentukan gamet. Hukum segregasi menyatakan bahwa alel-alel akan berpisah secara bebas dari diploid menjadi haploid pada saat pembentukan gamet. Dengan demikian setiap sel gamet hanya mengandung satu gen dari alelnya. Fenomena ini dapat diamati pada persilangan monohibrid, yaitu persilangan dua individu dengan satu sifat beda.Untuk mengujinya, Mendel melakukan perkawinan silang antara antara ercis berbunga ungu dengan ercis berbunga putih dengan satu faktor pembawa sifat (Nuraini, 2008).
Persilangan antara ercis berbunga ungu dengan ercis berbunga putihmenghasilkan keturunan F1 ercis berbunga ungu. Keturunan F1 dikawinkan antarsesamanya menghasilkan keturunan F2 di mana sebagian ercis berbunga ungu (3/4 bagian) dan sebagian berbunga putih (1/4 bagian) (Nuraini, 2008).
 Hukum Mendel II atau the law of  independent assortment membahas mengenai perkawinan silang yang menyangkut dua atau lebih pasangan sifat berbeda, maka pewarisan dari masing-masing pasangan faktor sifat-sifat tersebut adalah bebas sendiri-sendiri (masing-masing tidak tergantung satu sama lain).Keturunan pertama menunjukkan sifat fenotipe dominan dan keturunan kedua menunjukkan fenotipe dominan dan resesif dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.Untuk mengujinya, Mendel melakukan perkawinan silang antara antara ercis biji kuning dengan bentuk bulat RRYY dengan ercis biji hijau dengan bentuk keriput (Nuraini, 2008).  
Tabel hubungan antara banyaknya sifat beda, gamet,kombinasi F2,fenotip F2,genotif F2 apabila terdapat dominansi sebagai berikut (Mulyadi, 2012) :
Banyaknya sifat beda
Macam gamet dari F1
Banyaknya kombinasi dalam F2
Banyaknya fenotif dalan F2
Banyaknya kombinasi persis dalam F1
Banyaknya kombinasi homozigot
Banyaknya kombinasi baru yang homozigot
banyaknya macam genotif dalam F2
1
2
4
2
2
2
0
3
2
4
16
4
4
4
2
9
3
8
64
8
8
8
6
27
4
16
256
16
16
16
14
81

Ke-n

2n

(2n)2

2n

2n

2n

2n-2

3n

Penurunan karakter oleh gen tunggal menyimpang dari pola Mendel jika alel secara keseluruhan tidak menunjukkan sifat dominan atau sifat resesif yaitu ketika gen tertentu memiliki lebih dari dua alel atau ketika satu gen menghasilkan lebih dari satu fenotipe. Alel dapat menunjukkan tingkat dominansi atau resesif yang berbeda satu dengan lainnya. Pada penyilangan pea yang dilakukan Mendel, anakan F1 selalu menunjukkan salah satu sifat dari sifat kedua induknya karena satu alel dari pasangan alel menunjukkan complete dominance(dominansi lengkap) terhadap alel lainnya dari pasangan tersebut. Pada beberapa gen, tidak ada alel yang secara lengkap mendominasi, sehingga anakan F1 memiliki fenotipe diantara variasi kedua induknya. Fenomena ini disebutincomplete dominance dan ditunjukkan oleh penyilangan tanaman snapdragonberbunga merah dan putih dimana seluruh hibrid F1 memiliki bunga berwarna pink. Fenotipe ketiga ini muncul karena bunga dari heterozigot memiliki pigmen merah lebih sedikit dibandingkan dengan homozigot warna merah (Campbell dkk, 2010).
            Variasi lain dari hubungan dominansi antar alel disebut codominance. Pada variasi ini kedua alel mempengaruhi fenotipe dengan cara yang terpisah dan berbeda. Sebagai contoh, golongan darah MN manusia ditentukan oleh alel codominan untuk dua molekul khusus yang terletak di permukaan sel darah merah yaitu molekul M dan molekul N. Sebuah lokus tunggal (dengan dua kemungkinan variasi alel) menentukan fenotipe golongan darah. Individu homozigot untuk alel M (MM) memiliki sel darah merah dengan molekul M saja sedangkan individual homozigot untuk alel N (NN) hanya memiliki sel darah merah dengan molekul N saja. Jika kedua molekul M dan N terdapat pada sel darah merah, individu tersebut adalah heterozigot untuk alel M dan N (MN). Ingatlah bahwa fenotipe MN bukan fenotipe intermediate antara M dan N (Campbell dkk, 2010).
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Penyimpangan semu terjadi karena interaksi antar alel dan genetik sebagai berikut (Ma’arif, 2009):
A.      Interaksi Alel : Berbagai bentuk interaksi alel adalah interaksi dominan tidak sempurna, kodominan, variasi dua atau lebih gen sealel (alel ganda), dan alel letal.
1)      Dominansi Tidak Sempurna (Incomplete Dominance) è alel dominan tidak dapat menutupi alel resesif sepenuhnya sehingga keturunan yang heterozigot memiliki sifat setengah dominan dan setengah resesif.
2)      Kodominan è dua alel suatu gen yang menghasilkan produk berbeda dengan alel yang satu tidak dipengaruhi oleh alel yang lain. Contohnya sapi berwarna merah kodominan terhadap sapi putih menghasilkan anak sapi roan.
3)      Alel Ganda è fenomena adanya tiga atau lebih alel dari suatu gen. Umumnya gen tersusun dari dua alel alternatifnya. Alel ganda dapat terjadi akibat mutasi dan mutasi menyebabkan banyak variasi alel. Gejala adanya dua atau lebih fenotipe yang muncul dalam suatu populasi dinamakan polimorfisme.
4)      Alel Letal è alel yang dapat menyebabkan kematian bagi individu yang memilikinya. Alel letal resesif adalah alel yang dalam keadaan homozigot resesif dapat menyebabkan kematian. Contoh alel letal resesif adalah albino pada tumbuhan dan sapi bulldog. Alel letal dominan adalah alel yang dalam keadaan dominan dapat menyebabkan kematian. Contohnya ayam jambul.
B.       Interaksi Gen : Interaksi genetik menyebab terjadinya atavisme, polimeri, kriptomeri, epistatis dan hipostatis, serta komplementer. Interaksi ini menyebabkan rasio tidak sesuai dengan Hukum Mendel, tetapi menunjukkan adanya variasi.
1)      Atavisme è munculnya suatu sifat sebagai akibat interaksi dari beberapa gen. Contoh atavisme adalah sifat genetis pada jengger ayam. Ada empat bentuk jengger ayam, yaitu walnut (R_P_), rose (RRP_), pea (rrP_), dan single (rrpp). Perbandingan fenotipenya adalah walnut : rose : pea : single = 9 : 3 : 3 : 1.
2)      Polimeri è bentuk interaksi gen yang bersifat kumulatif atau saling menambah. Polimeri terjadi akibat interaksi atara dua gen atau lebih sehingga disebut juga sifat gen ganda. Contoh polimeri terdapat pada percobaan persilangan gandum, dilakukan H. Nilsson-Ehle yang menghasilkan perbandingan fenotipe 15 : 1.
3)      Kriptomeri è sifat gen dominan yang tersembunyi, jika gen tersebut berdiri sendiri, namun gen dominan tersebut berinteraksi dengan gen dominan lainnya, maka sifat gen dominan yang tersembunyi sebelumnya akan muncul.Contoh kriptomeri adalah persilangan pada bunga Linaria maroccana yang menghasilkan perbandingan fenotipe bunga ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4.
4)      Epistatis dan Hipostatis è persilangan dimana gen epistatis memiliki sifat mempengaruhi gen hipostatis. Epistatis dibedakan menjadi epistatis dominan dimana gen dengan alel dominan menutupi kerja gen lain, epistatis resesif yaitu gen dengan alel homozigot resesif mempengaruhi gen lain, epistatis gen dominan rangkap adalah peristiwa dua gen dominan atau lebih yang bekerja untuk munculnya satu fenotipe tunggal, dan komplementer adalah interaksi beberapa gen yang saling melengkapi. Interaksi gen tersebut disebut juga epistatis gen resesif rangkap.
Persilangan Resiprok
            Persilangan resiprok (persilangan kebalikan) ialah persilangan tukar kelamin atau persilangan ulang dengan jenis kelamin yang dipertukarkan. Persilangan yang merupakan kebalikan dari persilangan yang semula dilakukan. Sebagai contoh dapat digunakan percobaan Mendel lainnya (Suryo, 2010) :
            H  = Gen yang menentukan buah polong berwarna hijau
            h   = Gen yang menentukan buah polong berwarna kuning
Mula-mula, serbuk sari dan bunga pada tanaman berbuah polong hijau diserbukkan pada putik bunga pada tanaman berbuah polong kuning. Pada persilangan berikutnya cara tersebut diatas dibalik. Dari kedua macam persilangan tersebut adalah ternyata didapatkan keturunan F1 maupun F2 yang sama (Suryo, 2010).
Peluang menyangkut derajat kepastian apakah suatu kejadian terjadi atau tidak. Dalam ilmu fenetika ilmu genetika, segregasi dan rekombinasi gen juga didasarkan pada hukum peluang. Rasio persilangan Heterozigot dalah 3:1 jika sifat tersebut diturunkan secara dominan penuh. Jika terjadi persilangan dan hasilnya tidak esuai dengan teori.Kita dapat menguji penyimpangan ini dengan uji Chi-square degan rumus sebagai berikut (Noor, 1996 ):
X2 = ∑ (O-E)2 / E
Dengan:
X2 = Chi Quadrat
O = Nilai pengamatan
E = Nilai harapan
∑ = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai)
Seringkali percobaan perkawinan yang kita lakukan menghasilkan keturunan yang tidak sesuai dengan hukum Mendel. Unjuk menguji hal ini digunakan tes X2 atau disebut juga dengan Chi square. Awalnya tes ini dinamakan test phi ( ƒ ).Untuk memudahkan mengingatnya dikatakan test X (Suryo, 2010).
Frekuensi gena merupakan pernyataan metematis suatu gena yang tersebar dalam suatu populasi yang bereproduksi secara seksual. Bagi suatu lokus genetik yang memiliki produk gena lebih dari satu atau bersifat alelik,maka frekuensi gena tersebut juga frekuensi alel dari lokus tersebut. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa untuk menghitung frekuensi suatu gena atau frekuensi alel perlu diketahui dulu sebaran genotip dalam populasi yang diperiksa (Sofro, 1992).
Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda. Pengunaan teori ini memungkinkan kita untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan tersebut. Metode chi kuadrat adalah cara yang tepat kita pakai untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari hasil persilangan denganh hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teotitis. Dengan cara ini seorang ahli genetika dapat menentukan satu nilai kemungkinan untuk menguji hipotesis itu ( Kusdianti, 1986).
Peristiwa yang mungkin tejadi adalah peristiwa saling asing yaitu peristiwa yang tidak mungkin terjadi bersama-sama.Peristiwa gayut yaitu peristiwa tidak mempengaruhi terjadinya peristiwa lain. Chi kuadrat adalah uji nyata apakah data yang diperoleh benar mingimpang dari nisbah yang diharapkan,tidak secra betul.Perbandingan yang diharapkan berdasarkan pemisahan hipotesis berdasarkan pemisahan alel secara bebas (Kusdianti, 1986).
Pada kenyataanya nisbah teortis yang merupakan peluang diperolehnya suatu hasil percobaan persilangan tidak selalu terpenuhi. Penyimpangan (devisiasi) yang terjadi bukan sekedar modifikasi terhadap nisbah Mendel seperti yang telah diuraikan di atas, melainkan sesuatu yang adakalanya tidak dapat diterangkan secara teori (Susanto, 2011).
Untuk menentukan bahwa hasil persilangan ini masih memenuhi nisbah teoretis ( 9:3:3:1) atau menyimpang dari nisbah tersebut perlu dilakukan suatu pengujian secara statistika. Uji X2(Chi-square test) atau ada yang menamakannya uji kecocokan (goodness of fit). apabila X2hlebih kecil daripada X2t dengan peluang tertentu (0,05), maka dikatakan bahwa hasil persilangan yang diuji masih memenuhi nisbah Mendel. Sebaliknya, apabila X2lebih besar daripada X2t, maka dikatakan bahwa hasil persilangan yang diuji tidak memenuhi nisbah Mendel pada nilai peluang tertentu (biasanya 0,05) (Susanto, 2011).
            Tujuan dari uji Chi-square adalah untuk mengetahui/menguji perbedaan proporsi antara 2 atau lebih kelompok. Syaratnya yaitu Kelompok yang dibandingkan independen dan Variabel yang dihubungkan katagorik dengan katagorik. Adapun kegunaanya yaitu Ada tidaknya asosiasi antara 2 variabel (Independent test), Apakah suatu kelompok homogen atau tidak (Homogenity test), dan Uji kenormalan data dengan melihat distribusi data (Goodness of fit test)  (Endista, 2008).








BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah alat tulis menulis, kalkulator, kantong, dan penggaris.

III.2 Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk percobaan ini adalah biji genetik berbagai warna.

III.3 Cara Kerja
            Adapun langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan ini sebagai berikut:
1)      Setiap kelompok menerima 20 biji genetik terdiri dari 5 kuning hijau, 5 kuning hitam, 5 merah hijau, 5 merah hitam dan secara acak dimasukkan pada 2 kantong, masing-masing kantong berisi 10 biji genetik.
2)      Mengambil satu biji genetik dari kantong kanan dengan tangan kanan dan satu biji genetik dari kantong kiri dengan tangan kiri pada waktu bersamaan dan akan menghasilkan sebuah kombinasi genetik.
3)      Mencatat hasil yang diperoleh dengan ketentuan warna kuning disimbolkan K, warna merah k, warna hijau B, dan warna hitam b.
4)      Mengembalikan kombinasi biji genetik itu ke kantong asalnya, dan mengocok kantong supaya biji genetik tercampur kembali.
5)      Lalu mengulangi pengambilan (biji genetik), sampai 16 kali pengambilan dan membuat tabel dari hasil percobaan yang dilakukan.





















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Percobaan
IV.1.1 Tabel Data Kelompok
Perc. Ke -
K-B-
K-bb
kkB-
kkbb
1



2



3



4



5



6



7



8



9



10



11



12



13



14



15



16



9
1
4
2

Ket :
Ø  K-B- = Kuning bernas
Ø  K-bb = Kuning kisut
Ø  kkB- = Putih bernas
Ø  kkbb = Putih kisut
                                           
IV.1.2 Tabel Data Kelas
Perc. Ke -
K-B-
K-bb
kkB-
kkbb
1
8
2
6
-
2
12
1
1
2
3
9
1
4
2
4
11
2
3
-
5
11
-
3
2
6
8
5
3
-
59
11
20
6
o
59
11
20
6
e
54
18
18
6
d
5
-7
-7
0
d2∕e
0,46296
2,72222
2,72222
0
x2
5,9074

Ket :
Ø  ∑ total keseluruhan : 59 + 11 + 20 + 6 = 96
Ø  K-B- = Kuning bernas
Ø  K-bb = Kuning kisut
Ø  kkB- = Putih bernas
Ø  kkbb = Putih kisut
Ø  o (observed)    = hasil yang diperoleh
Ø  e (expected)    = hasil yang diramal/diharapkan 
Ø  d (deviation)   = penyimpangan antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang diramal. 

IV.2 Pembahasan
Dari percobaan diperoleh 59 K-B- (Kuning bernas), 11 K-bb (Kuning kisut), 20 kkB- (Putih bernas), dan 6 kkbb (Putih kisut). Jika menurut teori Mendel karena bersifat dihibrid (K-B-) maka perbandingan fenotipnya 9:3:3:1. Maka ekspektasi yang sesuai dengan teori Mendel dihasilkan 63 K_B_ (Kuning bernas), 21 K_bb (Kuning kisut), 21 kkB_ (Putih bernas), dan 7 kkbb (Putih kisut). Hasil ekspektasi ini diperoleh dari perbandingan teori Mendel dikali dengan jumlah total keseluruhan percobaan yaitu 112. Pada K_B_, menurut teori Mendel dihasilkan 9/16 X 112 = 63 yang bersifat kuning bernas, namun dari percobaan diperoleh 64 berarti terdapat deviasi sebesar 1, dimana deviasi ini diperoleh dari hasil yang diperoleh dikurangi dengan ekspektasi. Pada K_bb dan kkB_, menurut teori Mendel dihasilkan 3/16 X 112 = 21 yang bersifat kuning kisut dan putih bernas, namun dari percobaan diperoleh 18 kuning kisut dan 18 putih bernas berarti terdapat deviasi sebesar -6 pada kuning kisut dan 1 pada putih bernas. Dan pada kkbb, menurut teori Mendel dihasilkan 1/16 X 112 = 7 yang bersifat putih kisut, namun dari percobaan diperoleh 6 berarti terdapat deviasi sebesar 5.
Dari data-data tersebut hasil dari total deviasi pangkat dua dibagi dengan total ekspektasi maka  diperoleh nilai X2 (chi-square) total sebesar 5,9074. Nilai chi square ini dicari untuk membuktikan data hasil percobaan yang dilakukan dalam laboratorium sudah sesuai dengan teori yang ada supaya percobaan yang dilakukan juga bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Dari nilai chi square yang diperoleh dikonversi ke dalam tabel chi square dengan memperhatikan derajat kebebasannya. 




















BAB V
PENUTUP

V.I Kesimpulan
            Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dengan menggunakan biji genetis sebagai imitasi perbandingan genetis diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa gen-gen yang dibawa oleh gamet-gamet tertentu akan bertemu secara acak atau random membentuk kombinasi-kombinasi yang menghasilkan fenotip dengan rasio mendekati perbandingan 9:3:3:1, sesuai dengan Hukum Mendel II dimana gen-gen yang menentukan sifat-sifat yang berbeda dipindahkan secara bebas satu dengan yang lain dan akan terjadi pilihan acak pada keturunannya.

V.2 Saran
            Saran saya  yaitu agar fasilitas dari Laboratorium Biologi Dasar dapat dilengkapi seperti pendingin udara serta kebersihaanya agar dapat terjaga.









DAFTAR PUSTAKA

Agus, Rosana dan Sjafaraenan.2013. Penuntun Praktikum Genetika. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Campbell, N.A, Reece, Jane,B., dan Mitchell, Lawrence, G., 2010. Biologi Edisi kedelapan jilid 1. Erlangga. Jakarta

Didjosepoetro, 1974. Pengantar Genetika. DeptDikBud. Jakarta

Elvita, asmi., dkk.2008. Genetika dasar. http:/ yayanakyar. files. wordpres.com /2009/01 /genetika-dasar files-of drsmed.pdf. diakses pada hari Sabtu 8 Maret 2014 pukul 19:10 WITA
Endista, Amiyella, 2008. Uji Chi Squarehttp://berandakami.files.wordpress.com/2008/11/uji-chi-square_baru.pdf. Diakses pada hari Sabtu 8 Maret 2014 pukul 19:10 WITA.

Kusdianti, lilik, 1986. Genetika Tumbuhan.Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta

Ma’arif, Samsul, 2009, Imitasi Perbandingan Genetis 1,2,dan 3, http://imabio-unja.blogspot.com, diakses pada hari Sabtu 8 Maret 2014 pukul 19:30 WITA

Mulyadi, Memet, 2012, Pewarisan Sifat, http://memetmulyadi.blogspot.com, diakses pada hari Sabtu 8 Maret 2014 pukul 19:45 WITA

Nio,Tjan kwiauw, 1990. Genetika Dasar. Institut Teknologi Bandung Press. Bandung

Noor, R.R, 1996. Genetika Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta

Nuraini, Tuti, 2008, Genetika Dasar (Mendelisme)http://shiroi-kiba.blogspot. com, diakses pada hari Sabtu 8 Maret 2014 pukul 19:55 WITA

Sofro, Abdul Salam, 1992. Keanekaragaman Genetik. Andiofsel. Yogyakarta

Suryo, 2010, Genetika Manusia, Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Susanto, Agus Hery, 2011.Genetika. Graha Ilmu. Yogyakarta.






No comments: