LAPORAN
PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN IV
PENGARUH LIMBAH ORGANIK TERHADAP KUALITAS AIR
NAMA : KHAERUNNISA
NIM :
H41113342
HARI/TANGGAL : SELASA/7 APRIL 2014
KELOMPOK : VIII (DELAPAN) B
ASISTEN : RISPAH HAMZAH
SAKINAH JULIANTI
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kemajuan industri dan teknologi telah dapat meningkatkan
kualitas hidup manusia, akan tetapi disisi lain, kemajuan ini dapat pula
berdampak pada lingkungan hidup yag pada akhirnya berdampak terhadap manusia
(Yusuf, 2008).
Lingkungan
terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Jika komponen biotik berada dalam
komposisi yang proporsional antara tingkat trofik dengan komponen abiotik yang
mendukung kehidupan komponen biotik, lingkungan tersebut berada dalam
keseimbangan atau stabil. Keseimbangan lingkungan dapat menjadi rusak, artinya
lingkungan menjadi tidak seimbang jika terjadi perubahan yang melebihi daya
dukung dan daya lentingnya (Umar, 2014).
Dewasa
ini lingkungan di sekitar kita sudah sangat memprihatinkan. Pencemaran air,
pencemaran udara, dan pencemaran tanah terjadi dimana-mana. Hal ini diakibatkan
oleh aktivitas manusia yang telah mengubah lingkungan yang tadinya nyaman
menjadi tidak nyaman. Setiap hari kita berinteraksi dengan
asap rokok, asap kendaraan, suara bising, dan limbah detergen. Lingkungan
manusia sekarang telah berubah dengan masuknya zat-zat pencemar ke dalam
lingkungan hidup kita semua (Ferial, 2013).
Suatu proses pasti dihasilkan limbah yang dapat berupa limbah rumah tangga,
yang kehadirannya pada waktu dan tempat tertentu yang tidak dikehendaki
lingkungan. Dalam konsentrasi dan jumlah tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan karena dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan (Lina, 1985).
Untuk mengetahui mengetahui kualitas
air maka dilakukanlah percobaan pengaruh limbah organic terhadap kualitas air
dengan beberapa sumber yang berbeda.
I.2
Tujuan Percobaan
Tujuan
dari percobaan ini, yaitu :
a. Untuk
mengetahui kualitas air dari beberapa sumber yang berbeda, dengan menggunakan
methylen blue.
b. Mengenalkan
dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan
dengan pencemaran lingkungan.
I.3
Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan Hubungan
Produsen dan Konsumen dalam Siklus Karbon di Perairan dilaksanakan pada hari
Selasa, 7 April 2014 pukul 14.00-17.00 WITA bertempat di Laboratorium Biologi
Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Polusi domestik atau polusi akibat aktivitas rumah tangga
yang dapat berupa sampah, sisa makanan, sabun, detergen dan bahan tinja, dimana
ini mudah diuraikan oeh mikroba air dengan menggunakan oksigen terlarut dalam
air. Pada umumnya air yang tercemar mempunyai kandungan O2 sangat
rendah, hal ini disebabkan oleh oksigen terlarut dalam air diserap oleh
mikroorganisme untuk mendegradasi bahan buangan organik sehingga mengikuti
reaksi oksidasi biasa atau menjadi menjadi bahan yang mudah menguap. Semakin
tinggi aktivitas mikroba menguraikan bahan organik makin cepat kandungan O2
dalam air habis, sehingga dapat dikatakan bahwa kestabilan relatif dari air
tadi rendah atau kecil (Umar, 2014) .
Pencemaran berdasarkan bentuknya terbagi menjadi empat macam
(Effendi, 2003 ), yaitu :
a. Pencemaran udara,
pencemaran udara berhubungan dengan pencemaran
atmosfer bumi yang berasal dari kegiatan alami dan aktivitas manusia.
Sumber pencemaran udara di setiap wilayah atau daerah berbeda-beda.Sumber
pencemaran udara berasal dari kendaraan bermotor, kegiatan rumah tangga, dan
industri.
b.
Pencemaran tanah, pencemaran
tanah berasal dari limbah rumah tangga, kegiatan pertanian, dan pertambangan.
c.
Pencemaran air, pencemaran air meliputi
pencemaran di perairan darat, seperti danau dan sungai, serta perairan laut. Sumber
pencemaran air, misalnya pengerukan pasir, limbah rumah tangga, industri,
pertanian, pelebaran sungai, pertambangan minyak lepas pantai, serta kebocoran
kapal tanker pengangkut minyak.
d. Pencemaran suara (ksebisingan), ancaman serius lain bagi kualitas lingkungan manusia
adalah pencemaran suara. Bunyi atau suara yang dapat mengganggu dan merusak
pendengaran manusia disebut kebisingan.Tingkat kebisingan terjadi bila
intensitas bunyi melampui 50 desibel (db).Oleh karena kebisingan dapat
mengganggu lingkungan, kebisingan dapat dimasukkan sebagai pencemaran.
Pencemaran
air dapat dikelompokkan kedalam 2 jenis yaitu, sumber langsung dan sumber tidak
langsung. Sumber langsung adalah buangan (effluent)
yang berasal dari sumber pencemarnya yaitu limbah hasil pabrik atau limbah dari
hasil kegiatan domestik berupa buangan hasil cucian atau sampah, pencemaran
terjadi karena buangan ini langsung dibuang ke badan air (sistem) seperti
sungai, danau, kanal, parit atau selokan. Sumber-sumber tidak langsung adalah
kontaminan yang masuk melalui air tanah akibat adanya pencemaran pada air permukaan
baik dari limbah domestik maupun dari limbah industri/pabrik
(Yusuf, 2008).
(Yusuf, 2008).
Air
yang aman adalah air yang sesuai dengan kriteria bagi peruntukan air
tersebut. Misalnya kriteria air yang dapat diminum secara langsung (air
kualitas A) mempunyai kriteria yang berbeda dengan air yang
dapat digunakan untuk air baku air minum (kualitas B) atau air kualitas C
untuk keperluan perikanan dan peternakan dan air kualitas D untuk
keperluan pertanian serta usaha perkotaan, industri dan pembangkit tenaga
air (Whardana, 1995).
Pencemaran
pada air ini banyak di pengaruhi oleh limbah rumah tangga. Limbah rumah
tangga seperti deterjen, sampah organik, dan anorganik memberikan andil cukup
besar dalam pencemaran air sungai, terutama di daerah perkotaan. Sungai yang
tercemar deterjen, sampah organik, bahan kimia dari perusahaan, bahan yang
mudah tercemar dan susah diuraikan dan anorganik yang mengandung mikroorganisme
dapat menimbulkan penyakit, terutama bagi masyarakat yang menggunakan sungai
sebagai sumber kehidupan sehari-hari. Proses penguraian sampah dan deterjen
memerlukan oksigen sehingga kadar oksigen dalam air dapat berkurang. Jika kadar
oskigen suatu perairaan turun sampai kurang dari 5 mg per liter, maka kehidupan
biota air seperti ikan terancam (Lina, 1985).
Pencemaran air terjadi apabila dalam air terdapat berbagai
macam zat atau kondisi (misal panas) yang dapat menurunkan standar kualitas air
yang telah ditentukan, sehingga tidak dapat digunakan untuk kebutuhan tertentu.
Suatu sumber air dikatakan tercemar tidak hanya karena tercampur dengan bahan
pencemar, akan tetapi apabila air tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu
Sebagai contoh, suatu sumber air yang mengandung logam berat atau mengandung
bakteri penyakit masih dapat digunakan untuk kebutuhan industri atau sebagai
pembangkit tenaga listrik, akan tetapi tidak dapat digunakan untuk kebutuhan
rumah tangga (seperti keperluan air minum, memasak, mandi dan mencuci) (Sugiharto, 1987).
Pada dasarnya bahan pencemar air
dapat dikelompokkan menjadi (Setiawan, 2012), yaitu :
1.
Sampah
yang dalam proses penguraiannya memerlukan oksigen yaitu sampah yang
mengandung senyawa organik, misalnya sampah industri makanan, sampah industri
gula tebu, sampah rumah tangga (sisa-sisa makanan), kotoran manusia dan
kotoran hewan, tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati. Untuk proses penguraian
sampahsampah tersebut memerlukan banyak oksigen, sehingga apabila
sampah-sampah tersbut terdapat dalam air, maka perairan (sumber air) tersebut
akan kekurangan oksigen, ikan-ikan dan organisme dalam air akan mati kekurangan
oksigen. Selain itu proses penguraian sampah yang mengandung protein
(hewani/nabati) akan menghasilkan gas H2S yang berbau busuk,
sehingga air tidak layak untuk diminum atau untuk mandi.
2.
Bahan
pencemar penyebab terjadinya penyakit, yaitu bahan pencemar yang
mengandung virus dan bakteri misal bakteri coli yang dapat menyebabkan penyakit
saluran pencernaan (disentri, kolera, diare, types) atau penyakit kulit. Bahan
pencemar ini berasal dari limbah rumah tangga, limbah rumah sakit atau dari
kotoran hewan/manusia.
3.
Bahan
pencemar senyawa anorganik/mineral misalnya logam-logam berat seperti
merkuri (Hg), kadmium (Cd), Timah hitam (pb), tembaga (Cu), garam-garam
anorganik. Bahan pencemar berupa logam-logam berat yang masuk ke
dalam tubuh biasanya melalui makanan dan dapat tertimbun dalam organ-organ
tubuh seperti ginjal, hati, limpa saluran pencernaan lainnya sehingga
mengganggu fungsi organ tubuh tersebut.
4.
Bahan
pencemar organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme
yaitu senyawa organik berasal dari pestisida, herbisida, polimer seperti
plastik, deterjen, serat sintetis, limbah industri dan limbah minyak. Bahan
pencemar ini tidak dapat dimusnahkan oleh mikroorganisme, sehingga akan
menggunung dimana-mana dan dapat mengganggu kehidupan dan kesejahteraan makhluk
hidup.
5.
Bahan
pencemar berupa makanan tumbuh-tumbuhan seperti senyawa nitrat,
senyawa fosfat dapat menyebabkan tumbuhnya alga (ganggang) dengan pesat
sehingga menutupi permukaan air. Selain itu akan mengganggu ekosistem air, mematikan
ikan dan organisme dalam air, karena kadar oksigen dan sinar matahari
berkurang. Hal ini disebabkan oksigen dan sinar matahari yang diperlukan
organisme dalam air (kehidupan akuatik) terhalangi dan tidak dapat masuk ke
dalam air.
Polusi domestik atau polusi akibat aktivitas
rumah tangga yang dapat berupa sampah, sisa makanan, sabun, deterjen, dan bahan
tinja, di mana bahan ini mudah diuraikan oleh mikroba air dengan menggunakan
oksigen terlarut dalam air. Derajat pencemaran suatu perairan dapat diketahui
dengan bermacam-macam cara, misalnya berdasarkan: kejernihan air, kandungan O2
terlarut, kebutuhan O2 oleh mikroba (BOD = Biological Oxygen Demand), dan proses kimiawi lainnya dalam
penguraian bahan organik di dalam air (Umar, 2014).
BOD (Biochemical
Oxygen Demand) artinya kebutuhan oksigen biokimia yang menunjukkan jumlah
oksigen yang digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri. Sehingga makin
banyak bahan organik dalam air, makin besar BOD nya sedangkan DO akan makin
rendah. Air yang bersih adalah yang BOD nya kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm, jika
BOD nya di atas 4ppm, air dikatakan tercemar
(Sugiharto, 1987).
(Sugiharto, 1987).
Oksigen terlarut (dissolved oxygen,
disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan
oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting
dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk
konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air.
Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas
yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut
telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air
mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme (Sugiharto, 1987).
Air alam
mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garam-garam yang terlarut
ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah. Apabila air dicemari oleh
limbah yang berasal dari industri pertambangan dan pertanian, kandungan zat
padat tersebut akan meningkat. Jumlah zat padat terlarut ini dapat digunakan
sebagai indikator terjadinya pencemaran air. Selain jumlah, jenis zat pencemar
juga menentukan tingkat pencemaran. Air yang bersih adalah jika tingkat DO nya
tinggi, sedangkan BOD dan zat padat terlarutnya rendah (Setiawan, 2011).
Percobaan
ini lebih difokuskan terhadap jenis pencemaran yang ditimbulkan polusi domestik
pada lingkup perairan. Polusi domestik atau dengan kata lain limbah yang
dihasilkan oleh aktivitas manusia, misalnya limbah rumah tangga, dalam rumah
tangga, air digunakan untuk minum, memasak, mencuci, dan berbagai keperluan
lainnya. Setelah digunakan, air dibuang atau mengalir ke selokan. Selanjutnya,
air tersebut mengalir ke sungai, danau, dan laut. Air buangan rumah tangga atau
dikenal sebagai limbah domestik mengandung 95% sampai 99% air dan sisanya
berupa limbah organik . Sebagian dari air buangan terdiri atas komponen
nitrogen, seperti urea dan asam urik yang kemudian akan terurai menjadi amoniak
dan nitrit. Pada perairan yang dimasuki oleh limbah rumah tangga biasanya akan
menyebabkan populasi ganggang menjadi meningkat pesat sebagai akibat banyaknya
persediaan nutrient, sebaliknya, persediaan oksigen dalam perairan
tersebut semakin berkurang (Yusuf, 2008).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang
digunakan dalam percobaan ini adalah botol sampel dan pipet tetes.
III.2 Bahan
Bahan yang
diperlukan untuk percobaan ini adalah karet gelang, label, metil merah, air laut jam 12 malam, air laut jam 6 pagi,
air selokan, air sungai, air kolam, air sumur, air PAM, plastik
elastis dan air danau Unhas.
III.3 Cara
Kerja
Langkah-langkah yang dilakukan pada
percobaan ini, yaitu :
1. Masing-masing botol diberi sebuah
label, untuk memastikan bahwa botol tidak tertukar.
2. Masing-masing botol tersebut diisi
dengan berbagai sumber air, sesuai dengan labelnya.
3. Diberi methylen red sesuai dengan
takaran, kemudian kocok.
4. Ditutup dengan menggunakan plastik
elastis dan ikat dengan karet gelang, usahakan tidak ada gelembung yang
terdapat dalam botol.
5. Simpan di tempat yang gelap dan
diamati 1x24 jam selama 12 hari.
6. Data yang diperoleh kemudian
dimasukkan ke dalam tabel.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Hefni, 2003, Telaah
Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Perairan,
Kanisius, Yogyakarta.
Lina, 1985, Pengaruh Waktu
Inkubasi BOD Pada Berbagai Limbah, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Setiawan, H., 2012, Polusi Domestik,
http://hasansetiawan.blogspot.com, diakses pada hari Rabu, 8 Aprils 2014 pukul 19.21 WITA,
Makassar.
Sugiharto, 1987, Pengelolaan
air limba, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Umar, M. Ruslan, 2012, Ekologi
umum dalam praktikum, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Whardana, Wisnu, 1995, Dampak
Pencemaran Lingkungan, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Yusuf, M., 2008, Pengertian dan Sumber Pencemaran
Perairan, Gramedia, Jakarta.
No comments:
Post a Comment