Search This Blog

Thursday, April 24, 2014

Laporan Pengaruh Limbah Organik Terhadap kualitas air

LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM


PERCOBAAN IV
PENGARUH LIMBAH ORGANIK TERHADAP KUALITAS AIR

NAMA                            : KHAERUNNISA
NIM                                : H41113342
HARI/TANGGAL        : SELASA/7 APRIL 2014
KELOMPOK                : VIII (DELAPAN) B
ASISTEN                       : RISPAH HAMZAH
 SAKINAH JULIANTI
















LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
            Kemajuan industri dan teknologi telah dapat meningkatkan kualitas hidup manusia, akan tetapi disisi lain, kemajuan ini dapat pula berdampak pada lingkungan hidup yag pada akhirnya berdampak terhadap manusia (Yusuf, 2008).
Lingkungan terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Jika komponen biotik berada dalam komposisi yang proporsional antara tingkat trofik dengan komponen abiotik yang mendukung kehidupan komponen biotik, lingkungan tersebut berada dalam keseimbangan atau stabil. Keseimbangan lingkungan dapat menjadi rusak, artinya lingkungan menjadi tidak seimbang jika terjadi perubahan yang melebihi daya dukung dan daya lentingnya (Umar, 2014).
Dewasa ini lingkungan di sekitar kita sudah sangat memprihatinkan. Pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran tanah terjadi dimana-mana. Hal ini diakibatkan oleh aktivitas manusia yang telah mengubah lingkungan yang tadinya nyaman menjadi tidak nyaman. Setiap hari kita berinteraksi dengan asap rokok, asap kendaraan, suara bising, dan limbah detergen. Lingkungan manusia sekarang telah berubah dengan masuknya zat-zat pencemar ke dalam lingkungan hidup kita semua (Ferial, 2013).
  Suatu proses pasti dihasilkan limbah yang dapat berupa limbah rumah tangga, yang kehadirannya pada waktu dan tempat tertentu yang tidak dikehendaki lingkungan. Dalam konsentrasi dan jumlah tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan karena dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Lina, 1985).
          Untuk mengetahui mengetahui kualitas air maka dilakukanlah percobaan pengaruh limbah organic terhadap kualitas air dengan beberapa sumber yang berbeda.

I.2 Tujuan Percobaan
            Tujuan dari percobaan ini, yaitu :
a.    Untuk mengetahui kualitas air dari beberapa sumber yang berbeda, dengan menggunakan methylen blue.
b.   Mengenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan dengan pencemaran lingkungan.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan Hubungan Produsen dan Konsumen dalam Siklus Karbon di Perairan dilaksanakan pada hari Selasa, 7 April 2014 pukul 14.00-17.00 WITA bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Polusi domestik atau polusi akibat aktivitas rumah tangga yang dapat berupa sampah, sisa makanan, sabun, detergen dan bahan tinja, dimana ini mudah diuraikan oeh mikroba air dengan menggunakan oksigen terlarut dalam air. Pada umumnya air yang tercemar mempunyai kandungan O2 sangat rendah, hal ini disebabkan oleh oksigen terlarut dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk mendegradasi bahan buangan organik sehingga mengikuti reaksi oksidasi biasa atau menjadi menjadi bahan yang mudah menguap. Semakin tinggi aktivitas mikroba menguraikan bahan organik makin cepat kandungan O2 dalam air habis, sehingga dapat dikatakan bahwa kestabilan relatif dari air tadi rendah atau kecil (Umar, 2014) .
Pencemaran berdasarkan bentuknya terbagi menjadi empat macam (Effendi, 2003 ), yaitu :
a. Pencemaran udara, pencemaran udara berhubungan dengan pencemaran  atmosfer bumi yang berasal dari kegiatan alami dan aktivitas manusia. Sumber pencemaran udara di setiap wilayah atau daerah berbeda-beda.Sumber pencemaran udara berasal dari kendaraan bermotor, kegiatan rumah tangga, dan industri.
b. Pencemaran tanah, pencemaran tanah berasal dari limbah rumah tangga, kegiatan pertanian, dan pertambangan.
c.  Pencemaran air, pencemaran air meliputi pencemaran di perairan darat, seperti danau dan sungai, serta perairan laut. Sumber pencemaran air, misalnya pengerukan pasir, limbah rumah tangga, industri, pertanian, pelebaran sungai, pertambangan minyak lepas pantai, serta kebocoran kapal tanker pengangkut minyak.
d. Pencemaran suara (ksebisingan), ancaman serius lain bagi kualitas lingkungan manusia adalah pencemaran suara. Bunyi atau suara yang dapat mengganggu dan merusak pendengaran manusia disebut kebisingan.Tingkat kebisingan terjadi bila intensitas bunyi melampui 50 desibel (db).Oleh karena kebisingan dapat mengganggu lingkungan, kebisingan dapat dimasukkan sebagai pencemaran.
          Pencemaran air dapat dikelompokkan kedalam 2 jenis yaitu, sumber langsung dan sumber tidak langsung. Sumber langsung adalah buangan (effluent) yang berasal dari sumber pencemarnya yaitu limbah hasil pabrik atau limbah dari hasil kegiatan domestik berupa buangan hasil cucian atau sampah, pencemaran terjadi karena buangan ini langsung dibuang ke badan air (sistem) seperti sungai, danau, kanal, parit atau selokan. Sumber-sumber tidak langsung adalah kontaminan yang masuk melalui air tanah akibat adanya pencemaran pada air permukaan baik dari limbah domestik maupun dari limbah industri/pabrik
(Yusuf, 2008).
          Air yang aman adalah air yang sesuai dengan kriteria bagi peruntukan air tersebut. Misalnya kriteria air yang dapat diminum secara langsung (air kualitas A) mempunyai kriteria yang berbeda dengan air yang dapat digunakan untuk air baku air minum (kualitas B) atau air kualitas C untuk keperluan perikanan dan peternakan dan air kualitas D untuk keperluan pertanian serta usaha perkotaan, industri dan pembangkit tenaga air (Whardana, 1995).
           
          Pencemaran pada air ini banyak di pengaruhi oleh limbah rumah tangga. Limbah rumah tangga seperti deterjen, sampah organik, dan anorganik memberikan andil cukup besar dalam pencemaran air sungai, terutama di daerah perkotaan. Sungai yang tercemar deterjen, sampah organik, bahan kimia dari perusahaan, bahan yang mudah tercemar dan susah diuraikan dan anorganik yang mengandung mikroorganisme dapat menimbulkan penyakit, terutama bagi masyarakat yang menggunakan sungai sebagai sumber kehidupan sehari-hari. Proses penguraian sampah dan deterjen memerlukan oksigen sehingga kadar oksigen dalam air dapat berkurang. Jika kadar oskigen suatu perairaan turun sampai kurang dari 5 mg per liter, maka kehidupan biota air seperti ikan terancam (Lina, 1985).
 Pencemaran air terjadi apabila dalam air terdapat berbagai macam zat atau kondisi (misal panas) yang dapat menurunkan standar kualitas air yang telah ditentukan, sehingga tidak dapat digunakan untuk kebutuhan tertentu. Suatu sumber air dikatakan tercemar tidak hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, akan tetapi apabila air tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu Sebagai contoh, suatu sumber air yang mengandung logam berat atau mengandung bakteri penyakit masih dapat digunakan untuk kebutuhan industri atau sebagai pembangkit tenaga listrik, akan tetapi tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga (seperti keperluan air minum, memasak, mandi dan mencuci) (Sugiharto, 1987).
Pada dasarnya bahan pencemar air dapat dikelompokkan menjadi (Setiawan, 2012), yaitu :
1.      Sampah yang dalam proses penguraiannya memerlukan oksigen yaitu sampah yang mengandung senyawa organik, misalnya sampah industri makanan, sampah industri gula  tebu, sampah rumah tangga (sisa-sisa makanan), kotoran manusia dan kotoran hewan, tumbuh­-tumbuhan dan hewan yang mati. Untuk proses penguraian sampah­sampah tersebut memerlukan banyak oksigen, sehingga apabila sampah-sampah tersbut terdapat dalam air, maka perairan (sumber air) tersebut akan kekurangan oksigen, ikan-ikan dan organisme dalam air akan mati kekurangan oksigen. Selain itu proses penguraian sampah yang mengandung protein (hewani/nabati) akan menghasilkan gas H2S yang berbau busuk, sehingga air tidak layak untuk diminum atau untuk mandi.
2.      Bahan pencemar penyebab terjadinya penyakityaitu bahan pencemar yang mengandung virus dan bakteri misal bakteri coli yang dapat menyebabkan penyakit saluran pencernaan (disentri, kolera, diare, types) atau penyakit kulit. Bahan pencemar ini berasal dari limbah rumah tangga, limbah rumah sakit atau dari kotoran hewan/manusia.
3.      Bahan pencemar senyawa anorganik/mineral misalnya logam-logam berat seperti merkuri (Hg), kadmium (Cd), Timah hitam (pb), tembaga (Cu), garam-garam anorganik. Bahan pencemar berupa logam-logam  berat yang masuk ke dalam tubuh biasanya melalui makanan dan dapat tertimbun dalam organ-organ tubuh seperti ginjal, hati, limpa saluran pencernaan lainnya sehingga mengganggu fungsi organ tubuh tersebut.
4.      Bahan pencemar organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yaitu senyawa organik berasal dari pestisida, herbisida, polimer seperti plastik, deterjen, serat sintetis, limbah industri dan limbah minyak. Bahan pencemar ini tidak dapat dimusnahkan oleh mikroorganisme, sehingga akan menggunung dimana-mana dan dapat mengganggu kehidupan dan kesejahteraan makhluk hidup.
5.      Bahan pencemar berupa makanan tumbuh-tumbuhan seperti senyawa nitrat, senyawa fosfat dapat menyebabkan tumbuhnya alga (ganggang) dengan pesat sehingga menutupi permukaan air. Selain itu akan mengganggu ekosistem air, mematikan ikan dan organisme dalam air, karena kadar oksigen dan sinar matahari berkurang. Hal ini disebabkan oksigen dan sinar matahari yang diperlukan organisme dalam air (kehidupan akuatik) terhalangi dan tidak dapat masuk ke dalam air.
Polusi domestik atau polusi akibat aktivitas rumah tangga yang dapat berupa sampah, sisa makanan, sabun, deterjen, dan bahan tinja, di mana bahan ini mudah diuraikan oleh mikroba air dengan menggunakan oksigen terlarut dalam air. Derajat pencemaran suatu perairan dapat diketahui dengan bermacam-macam cara, misalnya berdasarkan: kejernihan air, kandungan O2 terlarut, kebutuhan O2 oleh mikroba (BOD = Biological Oxygen Demand), dan proses kimiawi lainnya dalam penguraian bahan organik di dalam air (Umar, 2014).
BOD (Biochemical Oxygen Demand) artinya kebutuhan oksigen biokimia yang menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri. Sehingga makin banyak bahan organik dalam air, makin besar BOD nya sedangkan DO akan makin rendah. Air yang bersih adalah yang BOD nya kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm, jika BOD nya di atas 4ppm, air dikatakan tercemar
(Sugiharto, 1987).
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme (Sugiharto, 1987).
             Air alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garam-garam yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah. Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri pertambangan dan pertanian, kandungan zat padat tersebut akan meningkat. Jumlah zat padat terlarut ini dapat digunakan sebagai indikator terjadinya pencemaran air. Selain jumlah, jenis zat pencemar juga menentukan tingkat pencemaran. Air yang bersih adalah jika tingkat DO nya tinggi, sedangkan BOD dan zat padat terlarutnya rendah (Setiawan, 2011).
              Percobaan ini lebih difokuskan terhadap jenis pencemaran yang ditimbulkan polusi domestik pada lingkup perairan. Polusi domestik atau dengan kata lain limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, misalnya limbah rumah tangga, dalam rumah tangga, air digunakan untuk minum, memasak, mencuci, dan berbagai keperluan lainnya. Setelah digunakan, air dibuang atau mengalir ke selokan. Selanjutnya, air tersebut mengalir ke sungai, danau, dan laut. Air buangan rumah tangga atau dikenal sebagai limbah domestik mengandung 95% sampai 99% air dan sisanya berupa limbah organik . Sebagian dari air buangan terdiri atas komponen nitrogen, seperti urea dan asam urik yang kemudian akan terurai menjadi amoniak dan nitrit. Pada perairan yang dimasuki oleh limbah rumah tangga biasanya akan menyebabkan populasi ganggang menjadi meningkat pesat sebagai akibat banyaknya persediaan nutrient, sebaliknya, persediaan oksigen dalam perairan tersebut semakin berkurang (Yusuf, 2008).



BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol sampel dan pipet tetes.

III.2 Bahan
Bahan yang diperlukan untuk percobaan ini adalah karet gelang, label, metil merah, air laut jam 12 malam, air laut jam 6 pagi, air selokan, air sungai, air kolam, air sumur, air PAM, plastik elastis dan air danau Unhas.

III.3 Cara Kerja
            Langkah-langkah yang dilakukan pada percobaan ini, yaitu :
1.   Masing-masing botol diberi sebuah label, untuk memastikan bahwa botol tidak tertukar.
2.   Masing-masing botol tersebut diisi dengan berbagai sumber air, sesuai dengan labelnya.
3.   Diberi methylen red sesuai dengan takaran, kemudian kocok.
4.   Ditutup dengan menggunakan plastik elastis dan ikat dengan karet gelang, usahakan tidak ada gelembung yang terdapat dalam botol.
5.   Simpan di tempat yang gelap dan diamati 1x24 jam selama 12 hari.
6.   Data yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam tabel.



DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Hefni, 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Perairan, Kanisius, Yogyakarta.

Lina, 1985, Pengaruh Waktu Inkubasi BOD Pada Berbagai Limbah, Universitas    Indonesia, Jakarta.

Setiawan, H., 2012, Polusi Domestik, http://hasansetiawan.blogspot.com, diakses pada hari Rabu, 8 Aprils 2014 pukul 19.21 WITA, Makassar.

Sugiharto, 1987, Pengelolaan air limba, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Umar, M. Ruslan, 2012, Ekologi umum dalam praktikum, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Whardana, Wisnu, 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Universitas Gadjah    Mada, Yogyakarta.


Yusuf, M., 2008, Pengertian dan Sumber Pencemaran Perairan, Gramedia, Jakarta.

No comments: