LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN
XI
PENDUGAAN
POPULASI SATWA DAN ANALISIS HABITAT SATWA
NAMA : KHAERUNNISA
NIM : H41113342
HARI/TANGGAL : SELASA/15 APRIL 2014
KELOMPOK : VIII (DELAPAN) B
ASISTEN : RISPAH HAMZAH
SAKINAH JULIANTI
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Populasi ditafsirkan
sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang
individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan
khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik
digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan
karakteristik individu dalam kelompok itu (Soetjipta, 1992).
Estimasi populasi
adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan perhitungan kepadatan suatu
populasi. Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan
dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan
volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan
membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat
dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk
persentase (Suin, 1989).
Kerapatan populasi
ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya
diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas
per satuan isi. Kerapatan populasi dapat dihitung dengan dua cara, yaitu secara
absolut dan secara relatif. Pada kerapatan relatif jumlah individu tidak dapat dinyatakan secara pasti melainkan dibandingkan dengan jenis lain atau frekuensinya per satuan
waktu. Cara mengukur kerapatan absolut ada dua, yaitu mengitung seluruh
individu dan metode sampling
(Widyaleksono, dkk., 2012).
(Widyaleksono, dkk., 2012).
Percobaan ini dilakukan
untuk mengetahui cara atau metode pendugaan kepadatan populasi hewan liar
yang tidak mudah tertangkap.
I.2
Tujuan Praktikum
Tujuan percobaan ini,
yaitu :
1. Mempelajari cara
melakukan sensus satwa liar yang ada di habitatnya dengan metode line transects dan poin count.
2. Melakukan
pengamatan dan mengestimasi kepadatan populasi satwa di habitatnya.
3. Mengetahui
tipe-tipe habitat satwa dan karakteristik habitat dan pengaruhnya terhadap
populasi satwa.
I.3
Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan pendugaan populasi satwa dan analisis habitat satwa dilaksanakan
pada Selasa, 15 April 2014, pukul 14.00-17.00 WITA,
bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar dan pengambilan
sampel data dilakukan pada
Selasa, 15 April 2014, pukul 16.30-17.30 dan Rabu, 16 April 2014, pukul 06.00-06.30, bertempat di
depan Gedung Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar .
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Populasi adalah sehimpunan individu
atau kelompok individu dalam satu spesies atau kelompok lain yang dapat
melangsungkan interaksi genetik dengan jenis yang bersangkutan, dan pada waktu
tertentu menghuni suatu wilayah atau tata ruang tertentu. Populasi memiliki
karakterisitik kelompok (statistical measure) yang tidak dapat
diterapkan pada individu. Karakteristik dasar populasi yang banyak didiskusikan
adalah kepadatan (density). Empat parameter populasi yang mengubah
kepadatan populasi adalah natalitas (kelahiran), mortalitas (kematian),
imigrasi dan emigrasi (Rachmad, 1996).
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu,
biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran populasi mempertahankan ukuran populasi, yang
relatif konstan sedangkan populasi lain berfluktuasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah
suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi tersebut.
Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan
antara kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada
tersebut di alam
(Naughton, 1973).
(Naughton, 1973).
Secara umum untuk melakukan pengambilan keputusan
mengenai data suatu populasi berdasarkan analisis data, dapat dilakukan dengan
salah satu cara, yaitu dengan melakukan estimasi pengamatan masa mendatang
(estimasi atau prediksi). Jadi, estimasi populasi adalah suatu metode
yang digunakan untuk melakukan perhitungan kepadatan suatu populasi dengan cara
memprediksikannya (Zulkifli, 1996).
Suatu populasi dapat ditafsirkan
sebagai suatu kelompok yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus
pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi beberapa populasi
setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif
terkecil populasi hewan atau tumbuhan. Populasi memiliki beberapa karakteristik
berupa pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota
populasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan
(Soetjipta, 1992).
Kerapatan populasi ialah ukuran besar
populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan
dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi.
Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan ekologik
(kerapatan spesifik). Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa persatuan
ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa
persatuan ruang habitat (Hadisubroto, 1989).
Metode kerapatan mutlak dapat ditentukan dengan cara (Suin,
1989), yaitu :
1. Penghitungan
menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk
yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut
semuanya.
2. Metode cuplikan yaitu
dengan menghitung proporsi kecil populasi.
3. Metode yang
paling akurat untuk mengetahui kerapatan populasi adalah dengan cara menghitung
seluruh individu mahkluk hidup yang di maksud (sensus), namun situasi alam atau
lokasi penelitian sering tidak memungkinkan pelaksaan hal tersebut, terutama
pada penghitungan hewan liar misalnya nyamuk atau rusa. Mungkin sebagian medan
habitat tidak dapat atau sukar dicapai, atau beberapa individu sangat sulit
untuk dijumpai secara langsung. Selain itu pergerakan hewan dari dan ke arah
lokasi sensus menyebabkan tidak akuratnya perhitungan.
Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat
dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara
tidak langsung yaitu dengan perkiraan besarnya populasi sedemikian rupa sesuai
dengan sifat hewan atau tumbuhan yang akan dihitung. Misalnya untuk menghitung
sampling populasi rumput di padang rumput dapat digunakan metode kuadarat
rumput, untuk hewan-hewan besar dapat dilakukan dengan metode track count atau fecal count, sedangkan untuk hewan yang relatif mudah ditangkap
misalnya tikus, belalang atau burung dapat diperkirakan populasinya dengan
metode capture mark release recapture
(CMRR) (Southwood,1971).
Satwa atau disebut
juga hewan, binatang, fauna adalah kelompok organisme yang
diklasifikasikan dalam kerajaan (kingdom) Animalia atau Metazoa. Hewan atau
satwa, diklasifikasikan dalam 2 kelompok besar yaitu hewan bertulang belakang
(vertebrata) dan binatang tanpa tulang belakang (avertebrata atau
invertebrata). Indonesia mempunyai keanekaragaman fauna yang sangat tinggi.
Diperkirakan sebanyak 300.000 jenis satwa liar atau sekitar 17% satwa di dunia
terdapat di Indonesia, walaupun luas Indonesia hanya 1,3% dari luas
daratan dunia. Indonesia nomor satu dalam hal kekayaan mamalia (binatang
menyusui) yaitu lebih dari 515 jenis dan menjadi habitat dari sekitar 1.539
jenis burung. Selain itu, sebanyak 45% ikan di dunia, hidup di Indonesia. Tapi,
Indonesia dikenal juga sebagai negara yang memiliki daftar panjang tentang
satwa yang terancam punah. Pada tahun 2003, World Conservation Union mencatat
147 spesies mamalia, 114 burung, 91 ikan dan 2 invertebrata termasuk dalam
hewan-hewan yang terancam punah (Susanto, 2000).
Manfaat pengelolaan satwa (Susanto, 2000), yaitu :
1. Pengelolaan satwa liar adalah ilmu dan seni dalam mengendalikan
karakteristik habitat dan populasi satwa liar serta aktivitas manusia untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Secara umum tujuan pengelolaan satwa liar
adalah mempertahankan keanekaragaman
spesies.
2. Memanfaatkan jenis satwa liar tertentu secara
berkelanjutan.
Ekologi satwa bagi manusia cukup penting
artinya dalam memberi nilai-nilai terapan dalam kehidupan manusia. Manfaat
tersebut terutama menyangkut masalah-masalah pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan, kesehatan, serta pengolahan dan konserfasi satwa liar. Penerapan
ekologi makin penting dengan semakin diperlukannya upaya-upaya manusia dalam
memelihara ketersediaan sumber daya serta kualitas lingkungan hidup yang
berkesinambungan. Kisaran toleransi dan faktor-faktor pembatas telah banyak
diterapkan dalam bidang-bidang tersebut (Naughton, 1973).
Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang
(vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Fosil tertua burung ditemukan di
Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx. Jenis-jenis burung begitu bervariasi,
mulai dari burung kolibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih
tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung
di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai
jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas aves.
Burung adalah salah satu jenis sawta yang terdapat di Indonesia, khususnya di
kawasan hutan lindung Gunung Bawang Bengkayang (Susanto, 2000).
Indonesia merupakan salah satu negara yang
mempunyai keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, bahkan oleh pakar dunia
dikatakan sejajar dengan negara Brasil di benua Amerika dan Zaire di benua
Afrika. Apabila ketiga negara disatukan maka jumlah keanekaragaman hayatinya
lebih dari 50% dari kekayaan dunia. Keanekaragaman yang ada seperti satwa liar
merupakan aset negara Indonesia yang perlu dijaga dan dilestarikan karena merupakan salah
satu mata rantai penting yang saling berkaitan antara ekosistem satu dengan
ekosistem yang lain (Suin, 1989).
Seni mengamati burung adalah pada kesabaran dan daya tahan fisik
kita. Tujuan kita mengamati burung adalah untuk mengenal jenis-jenis burung dan
keidupannya, seperti halnya kita menonton film flora dan fauna di
televisi. Yang akan kita amati untuk dapat mengenal jenis burung dan
kehidupannya, antara lain ciri-ciri tubuh, habitat tempat tinggal, dan tingkah
laku serta gerak geriknya. Untuk itu kita membutuhkan ketrampilan, pengetahuan
dan beberapa perlengkapan tambahan untuk melakukan pengamatan burung. Karena
burung adalah hewan yang aktif, riang dan tak kenal diam, maka sangat sulit
bagi kita untuk mengamati tanpa merekam atau mencatat hal-hal yang telah
dilihat (Susanto, 2000).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang
digunakan dalam percobaan ini adalah alat tulis menulis dan stopwatch.
III.2
Bahan
Bahan yang diperlukan
untuk percobaan ini adalah burung sebagai sampel yang akan di amati.
III.3
Cara Kerja
III.3.1 Cara Kerja di Lapangan
A. Metode
IPA (Index Point of Abudance)
Cara kerja pada percobaan ini adalah :
1. Pertama,
areal yang akan diamati populasinya ditentukan, kemudian dilakukan penghitungan
dan pengamatan hewan burung pada lokasi tersebut.
2. Pada
percobaan ini yang akan diperhatikan populasinya adalah burung sehingga
perhitungan dilakukan dengan cara menghitung burung yang lewat dan mengenal
dari suaranya.
3. Pengamatan
dan pencatatan dilakukan di bawah pohon jati Universitas Hasanuddin.
4. Di catat nama
burung yang telah diketahui jenis dan suaranya.
B. Metode Line-Transect
Cara kerja pada percobaan ini adalah
:
1. Pertama,
areal yang akan diamati populasinya ditentukan, kemudian dilakukan penghitungan
dan pengamatan hewan burung pada lokasi tersebut.
2. Pengamatan
dilakukan dengan cara berjalan di sepanjang daerah yang telah ditentukan.
3. Di catat jenis
dan jumlah burung yang ditemukan di sepanjang daerah tersebut.
III.3.2 Cara Kerja di Laboratorium
A.
Metode IPA (Index Point of Abudance)
Cara kerja pada percobaan ini adalah
:
Dilakukan perhitungan pendugaan
populasi satwa berdasarkan yang telah diperoleh dilapangan dengan menggunakan
Metode IPA dengan rumus :
P Aj =
Keterangan :
P Aj = Kelimpahan populasi pada titik
pengamatan ke-j (individu/km²)
Xi = Jumlah
individu yang dijumpai pada kontak ke-1 selama periode tertentu
Lr = Luas plot
(lingkaran =
B. Metode
Line Transect
Cara kerja pada percobaan ini adalah
:
Dilakukan perhitungan pendugaan populasi
satwa berdasarkan yang telah diperoleh dilapangan dengan menggunakan metode line transect dengan rumus:
P = D.A
D =
dj =
Keterangan:
D = Kepadatan populasi
P = Populasi dugaan (individu)
A = Luas wilayah pengamatan (km²)
Xi = Jumlah individu pada kontak
ke-1
Lj = Panjang transect jalur
dj = Rata-rata lebar kiri atau kanan
jalur ke-j (m)
nj = Jumlah kontak pada jalur ke-j
DAFTAR PUSTAKA
Hadisubroto, T., 1989, Azas-azas dan
Konsep mengenai Organisasi pada Tingkat Populasi, Universitas Negeri Padang, Padang.
Naughhton, 1973, Ekologi
Umum edisi Ke 2, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Rachmad, A., 1996, Penyebaran Ekologi, Erlangga,
Jakarta.
Soetjipta., 1992, Dasar-dasar Ekologi Hewan,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Jakarta.
Southwood, 1971, Ekologi, Universitas Airlangga,
Surabaya.
Suin, N. M., 1989, Ekologi Hewan Tanah,
Bumi Aksara, Jakarta.
Susanto, P., 2000, Ekologi Hewan, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Widyaleksono C.P, Trisnadi, 2012, Petunjuk Praktikum Ekologi Umum, Airlangga University Press,
Surabaya.
Zulkifli, H., 1996, Biologi Lingkungan, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.
No comments:
Post a Comment