LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN VII
METODE SAMPLING
BIOTIK UNTUK MENDUGA
POPULASI HEWAN BERGERAK
POPULASI HEWAN BERGERAK
NAMA
:
KHAERUNNISA
NIM
: H41113342
KELOMPOK
: VIII (DELAPAN) B
HARI/TANGGAL : SELASA/ 18 MARET 2014
ASISTEN
: RISPAH HAMZAH
SAKINAH JULIANTI
LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN
KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Suatu populasi adalah suatu kelompok individu terlokalisir
digolongkan sebagai spesies yang sama. Sampai saat ini, kita akan
mendefinisikan spesies sebagai suatu kelompok populasi yang tiap individunya
mempunyai potensi untuk saling mengawini dan menghasilkan keturunan yang subur
di alam bebas. Masing-masing spesies memiliki suatu wilayah geografis tempat
individu tersebar secara tidak merata, tetapi pada umumnya terpusat pada
beberapa terlokalisir(Campbell, dkk., 2003).
Kepadatan populasi satu jenis atau
kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per
unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan
penangkapan.Kepadatan populasi sangat penting diukur untuk menghitung
produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komunitas
lainnya parameter ini tidak begitu tepat.Untuk itu biasa digunakan kepadatan
relatif.Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu
jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut.Kepadatan
relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (Suin, 1989).
Dalam percobaan ini akan dilakukan pendugaan populasi dari suatu
areal dengan menggunakan metode Lincoln-peterson dan metode Zippin, serta untuk
melatih dalam menerapkan teknis-teknis sampling organisme dan rumus-rumus
sederhana dalam analisis populasi.
I.2 Tujuan
Tujuan dari
praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
menduga atau mengetahui populasi dari suatu areal dengan menggunakan metode
Lincoln-Peterson dan metode Zippin.
2.
Melatih
keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan
rumus-rumus sederhana dalam analisis populasi.
I.3
Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan mengenai metode sampling untuk menduga populasi
hewan bergerak dilaksanakan pada hari Selasa, 25 Maret 2014, pukul 14.00-17.00
WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengambilan
sampel dilakukan pada hari Senin dan Selasa, 24-25 Maret 2014, pukul
05.30-08.00 WITA, bertempat di Danau Universitas Hasanuddin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kepadatan populasi satu jenis atau
kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per
unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan
pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk
membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak
begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif
dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua
jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan
dalam bentuk persentase (Suin, 1989).
Populasi ditafsirkan sebagai
kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya
mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang
memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara
statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam
kelompok itu (Soetjipta,1992).
Ukuran populasi umumnya bervariasi
dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan
ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan
pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah
suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan
populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada
hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi
dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam (Naughhton, 1973).
Suatu populasi dapat juga
ditafsirkan sebagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula
ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami
suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme,
atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan
kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan.
Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi.Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan (Naughhton, 1973).
Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi.Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan (Naughhton, 1973).
Kerapatan populasi ialah ukuran
besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan
dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi.
Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan ekologik
(kerapatan spesifik). Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa persatuan
ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa
persatuan ruang habitat. Dalam kejadian yang tidak praktis untuk
menerapkan kerapatan mutklak suatu populasi.Dalam pada itu ternyata dianggap
telah cukup bila diketahui kerapan nisbi suatu populasi. Pengukuran
kerapatan mutlak ialah dengan cara (Soetjipta, 1992) :
1. Penghitungan menyeluruh yaitu cara
yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di
sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya.
2. Metode cuplikan yaitu dengan
menghitung proporsi kecil populasi seperti metode Lincoln-Peterson
Model Peterson menangkap sejumlah
individu dari sujumlah populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang
ditangkap itu diberi tanda kemudian dilepaskan kembali dalam beberapa waktu
yang singkat. Setelah itu dilakukan pengambilan (Penangkapan Ke 2 terhadap sejumlah
individu dari populasi yang sama). Dari penangkapan kedua inilah diidentifikasi
individu yang bertanda yang berasal dari penangkapan pertama dan individu yang
tidak bertanda dari hasil penangkapan ke dua. Metode schanebel ini dapat
digunakan untuk mengurangi ke tidak validan dalam metode Paterson. Metode ini
membutuhkan asumsi yang sama dengan metode Peterson yang ditambahkan dengan
asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari suatu periode sampling dengan
periode berikutnya. Pada metode ini penangkapan penandaan dan pelepasan hewan
dilakukan lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode sampling semua hewan yang
belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali (Tarumingkeng, 1994).
Capture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu menandai, melepaskan
dan menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi. Merupakan
metode yang umumnya dipakai untuk menghitung perkiraan besarnya
populasi. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan
estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam
sistem daftar
( Naughhton,1973).
( Naughhton,1973).
Suatu populasi dapat pula
ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami
suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Karakteristik dasar populasi adalah
besar populasi atau kerapatan. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan
cara penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk
mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah
menghitung makhluk tersebut semuanya dan metode cuplikan yaitu dengan menghitung
proporsi kecil populasi pada rumus Paterson. Untuk metode sampling
biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode capture-recapture merupakan metode yang sederhana untuk menduga
ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung
dan mamalia kecil. Metode CMMR ini dilakukan dengan mengambil dan melepaskan
sejumlah kancing yang dianggap sebagai besarnya populasi yang ada menggunakan
kancing hitam dan putih yang danggap sebagai populasi yang tersebar di alam.
Hasil memperlihatkan banyaknya populasi yang ditandai dengan kancing berawarna
putih dan akan ditandai dengan kancing hitam ( Naughhton,1973).
Metode CMR dapat digambarkan dengan menangkap hewan, menandainya,
melepaskan, dan kemudian ditangkap kembali. Dalam melakukan metode CMR untuk
menghitung kepadatan populasi suatu kelompok hewan ada beberapa hal yang
hendaknya diperhatikan, (Yoan,
2012), antara lain:
a. Tanda yang
diberikan pada hewan tersebut tidak memnuat hewan merasaterganggu.
b. Hewan yang
bertanda harus menyebar secara merata dengan hewan yang tidak bertanda dalam populasi
tersebut.
c. Tidak boleh ada
perpindahan penduduk populasi tersebut baik masuk ataupun keluar.
d. Tidak ada
kelahiran ataupun kematian.
e. Sampling yang
dilakukan harus secara random.
Bila jumlah unsur populasi itu
terlalu banyak, padahal kita ingin menghemat biaya dan waktu, kita harus puas
dengan sampel. Karakteristik sampel disebut statistik. Kita
sebetulnya tidak tertarik pada statistik. Kita ingin menduga secara cermat
parameter dart statistik. Metode pendugaan inilah yang dikenal
sebagai teori sampling. Ini berarti sampel harus
mencerminkan semua unsur dalam populasi secara proporsional. Sampel seperti itu
dikatakan sampel tak bias (unibased sample) atau sampel yang
representatif. Sebaliknya sampel bias adalah sampel yang tidak memberikan
kesempatan yang sama pada semua unsur populasi untuk dipilih. Memang, sampel
mungkin menunjukkan karakteristik yang menyimpang dari karakteristik populasi. Penyimpangan
dari karakteristik populasi disebut galat sampling (sampling
error). Jadi, galat sampling adalah perbedaan antara hasil yang diperoleh
dari sampel dengan hasil yang didapat dari sensus. Statistik dapat membantu
kita menentukan sampling error hanya bila kita menggunakan
sampel tak bias (Ariwulan, 2010).
Sampel tak biasa adalah sampel yang
ditarik berdasarkan probabilitas (probability
sampling). Dalam sampel probabilitas, setiap unsur populasi mempunyai nilai
kemungkinan tertentu untuk dipilih. Dalam sampel ini mengasumsikan kerandoman (randomness), maka sampel probabilitas
lazim juga disebut sebagai sampel random.Bila kita mengambil sampel tertentu
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, kita memperoleh sampel pertimbangan (judgemental sampling), disebut
juga sample non-probabilitas. Untuk
kedua jenis sampling ini, ada beberapa alternatif teknik penelitian sampel. Teknik
penarikan sampel sering disebut rencana sampling atau rancangan
sampling (sampling design)
(Ariwulan, 2010).
Penarikan sampel secara random
sistematis (Systematic Random Sampling)
teknik ini merupakan pengembangan teknik sebelumnya hanya bedanya teknik ini
menggunakan urutan-urutan yang alami. Caranya ialah pilih secara random dimulai
dari antara angka 1 dan integer yang terdekat terhadap ratio sampling (N/n) kemudian pilih item-item dengan interval dari
integer yang terdekat terhadap ratio sampling. Keuntungan menggunakan sampel
ini ialah peneliti menyederhanakan proses penarikan sampel dan mudah
dicek, dan menekan keanekaragaman sampel. Kerugian ialah apabila interval
berhubungan dengan pengurutan periodik suatu populasi, maka akan terjadi
keanekaragaman sampel (Proyono, 2008).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam
percobaan ini adalah botol sampel dan sweeping net.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk percobaan
ini adalah serangga yang terdapat pada areal yang akan diamati dan tinta cina.
III.3 Cara Kerja
Cara
kerja dalam percobaan ini sebagai berikut:
III.3.1
Cara pengambilan sampel :
A.
Metode Lincoln-Peterson
1.
Ditentukan
areal yang akan diamati, kemudian dilakukan penangkapan hewan pada lokasi
tersebut (Penangkapan periode I).
2.
Ditangkap
hewan dengan menggunakan sweeping net.
3.
Dilakukan
tiga kali sampling, setiap sampling terdiri dari 10 langkah maju dan 10 langkah
mundur.
4.
Dikumpul
hasil penangkapan dan diberi tanda pada bagian tertentu ditubuhnya, selanjutnya
dilepaskan kembali dihabitatnya, dicatat jumlahnya (M).
5.
Dilakukan
Penangkapan periode II keesokan harinya, dilakukan cara kerja no. 1
sampai dengan no. 3.
6.
Dicatat
jumlah semua hewan yang tertangkap (n) dan diperiksa/dihitung jumlah hewan bertanda
yang tertangkap (R) dalam penangkapan kedua.
7.
Dilakukan
perhitungan pendugaan populasi dengan menggunakan metode Lincoln-peterson.
B.
Metode Zippin
1.
Ditentukan
areal yang akan diamati, kemudian dilakukan penangkapan hewan pada lokasi
tersebut (Penangkapan I)
2.
Ditangkap
hewan dengan menggunakan sweeping net.
3.
Dilakukan
tiga kali sampling, setiap sampling terdiri dari 10 langkah maju dan 10 langkah
mundur.
4.
Dikumpul
hasil penangkapan I dan dihitung jumlahnya, hewan tidak ditandai dan
tidak dilepas kembali kehabitatnya.
5.
Dilakukan
penangkapan II keesokan harinya, dilakukan cara kerja no. 1 sampai dengan no. 4
6.
Dari
hasil penangkapan I dan II, dilakukan perhitungan pendugaan populasi dengan
menggunakan metode Zippin.
III.3.2
Cara kerja di laboratorium
A.
Metode Lincoln-Peterson
1.
Serangga
yang diperoleh kemudian dihitung dengan ketentuan M adalah jumlah individu yang
ditangkap pada penangkapan pertama dan ditandai, n adalah jumlah individu
tertangkap pada penangkapan kedua baik yang bertanda maupun tidak, dan R adalah
individu yang bertanda yang tertangkap pada penangkapan kedua.
2.
Data
yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Lincoln-Peterson.
B. Metode
Zippin
1.
Serangga
yang terdapat di dalam botol sampel 1 dan 2 kemudian dihitung sebagai nilai
untuk n1 dan n2.
2.
Data
yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Zippin.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
IV. 1
Hasil
IV. 1. 1 Tabel
a.
Pengamatan
Metode Capture-Recapture
Tabel 1.
Pengamatan Metode Capture-Recapture
No.
|
Parameter
|
Jumlah (N)
|
1.
|
M
|
7
|
2.
|
N
|
6
|
3.
|
R
|
0
|
Keterangan:
M: jumlah individu tertangkap
pada penangkapan pertama dan ditandai
n: jumlah individu tertangkap pada
penangkapan kedua (bertanda atau tidak)
R: jumlah individu ber4tanda
yang tertangkap pada penangkapan kedua
N: jumlah total individu
populasi
b.
Pengamatan
Metode Zippin
Tabel 2. Pengamatan Metode Zippin
No.
|
Parameter
|
Jumlah
|
1.
|
N1
|
6
|
2.
|
N2
|
8
|
IV. 1. 2 Analisis Data
a. Metode Capture-Recapture
1.
Pendugaan
Populasi
N =
N =
N = -
2.
Kesalahan
Baku
SE =
SE =
SE = -
3.
Selang
Kepercayaan
N ± (t) (SE)
t = (dk α)
= ((6-2)(0,01))
= ((4)(0,01))
= 0,04
Dimana ; dk
= Derajat kebebasan
α
= Tingkat singnifikan (0,01)
Jadi, selang
kepercayaannya adalah = ∞ ± (0,04)(∞)
b. Metode
Zippin
1. Pendugaan
Populasi
N =
N =
N = -18
2. Kesalahaan
Baku
SE =
=
= 44,89
3. Selang
Kepercayaan
N ± (t) (SE)
t = (dk α)
= ((n-2)(0,01))
= ((-18-(2))(0,01))
= - 0,2
Dimana ; dk
= Derajat kebebasan
α = Tingkat singnifikan (0,01)
Jadi, selang kepercayaannya adalah =
-18 ± (-0,2) (44,89)
IV.2 Pembahasan
Pada percobaan ini digunakan dua
metode sampling, yang pertama metode Capture
Recapture melalui Metode Linclon Peterson dan yang kedua metode removal
sampling melalui metode Zippin. Pada Metode Lincoln Peterson dilakukan dengan
cara menangkap serangga kemudian serangga yang ditangkap pada penangkapan
pertama kemudian ditandai. Serangga yang diperoleh pada penangkapan pertama
sebanyak 7 yang kemudian ditandai dan setelah itu serangga tersebut dilepaskan
kembali, dalam selang satu hari, kemudian dilakukan penangkapan ulang pada
areal tempat penangkapan serangga yang pertama, hasilnya diperoleh serangga
sebanyak 6 ekor namun diantara serangga ini tidak ada satupun serangga yang
bertanda pada penangkapan pertama yang kembali ditangkap pada penangkapan yang
kedua. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan Metode
Lincoln Peterson, hasil yang diperoleh dimana nilainya sama dengan tak
terhingga karena R=0, pembagi nol menyebabkan hasil yang diperoleh tidak
berhingga.
Dapat disimpulkan bahwa lingkungan
tempat pengambilan sampel tersebut terjadi migrasi. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu adanya dorongan mencari makanan, menghindari predator,
atau mungkin karena terbawa angin atau air karena pada saat penangkapan hari
kedua tidak ada serangga yang ditandai (penangkapan pertama). Peristiwa ini
terjadi karena kemungkinan besar serangga tersebut dimakan oleh predator, dan
terjadi migrasi akibat adanya beberapa faktor di atas. Hal lainnya
dikarenakan serangga yang ditangkap sebagian besar berukuran sangat kecil
sehingga kemungkinan tertangkapnya kembali sangat sulit, dan areal tersebut
kemungkinan bukan merupakan habitat dari serangga itu sehingga pad penangkapan yang
kedua tidak diperoleh kembali serangga yang bertanda.
Metode Capture recapture seringkali sulit digunakan untuk menduga populasi
alami. Hal ini disebabkan karena asumsi-asumsi dalam metode Capture recapture pada kenyataannya
sulit dilaksanakan di lapangan seperti halnya yang terjadi didalam percobaan
dimana nilai yang diperoleh tidak mampu untuk menduga secara valid populasi
hewan di areal tersebut.
Metode lainnya yang digunakan dalam
percobaan ini adalah melalui metode Zippin dimana melaui metode ini dilakukan
penangkapan pada serangga yang tidak dilepaskan kembali (n1),
kemudian dalam jangka waktu tertentu dilakukan kembali penangkapan kedua dan
juga tidak dilepaskan kembali (n2). Dari hasil yang diperoleh
kemudian dianalisis dengan meggunakan metode Zippin dimana diperoleh jumlah
individu sebanyak 18 dengan standart error sebesar 44,89 dan selang kepercayaan
antara-18 ± (-0,2) (44,89).
Hal-hal yang mungkin menyebabkan
terjadinya perbedaan kesalahan pada percobaan adalah cara penangkapan serangga,
luas area, kondisi lingkungan dan suhu sekitar lingkungan.
BAB V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Dari hasil pengambilan sampel dan pengujian dengan menggunakan Metode
Lincoln Peterson dan Metode Zippin, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan
Metode Lincoln Peterson diperoleh jumlah populasi yang tidak terbatas sedangkan
dengan menggunakan Metode Zippin diperoleh jumlah populasi sebesar
18. Hal-hal yang mungkin menyebabkan terjadinya perbedaan kesalahan pada
percobaan adalah cara penangkapan serangga, luas area, kondisi lingkungan dan
suhu sekitar lingkungan.
2. Teknik-teknik
sampling organism diantaranya termasuk metode Lincoln Peterson dan metode
Zippin yang mana data yang diperoleh nantinya akan dimasukkan kedalam
rumus-rumus sederhana untuk menganalisis populasinya.
V.2 Saran
Saran mengenai percobaan ini
sebaiknya tinta yang digunakan merupakan tinta yang tidak mudah luntur ketika
terkena air.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, N. A., Reece,
J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., Jackson, R.
B., 2003, Biologi,
Erlangga, Jakarta.
Naughhton, 1973, Ekologi Umum Edisi Ke 2, UGM
Press,Yogyakarta.
Proyono, 2008, Ekologi Kuantitatif, http://www.scribd.com, diakses pada hari Minggu tanggal 24 Maret 2014, pukul
20.21 WITA.
Soetjipta.1992, Dasar-dasar Ekologi Hewan, Dept DikBud
DIKTI, Jakarta.
Suin, N. M., 1989, Ekologi Hewan Tanah, Bumi
Aksara, Jakarta.
Tarumingkeng, R. C.,
1994, Dinamika Populasi Kajian
Ekologi Kuantitatif, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta.
No comments:
Post a Comment