LAPORAN
PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN III
HUBUNGAN PRODUSEN DAN KONSUMEN DALAM
SIKLUS KARBON DI PERAIRAN
SIKLUS KARBON DI PERAIRAN
NAMA : KHAERUNNISA
NIM :
H41113342
HARI/TANGGAL : SELASA/7 APRIL 2014
KELOMPOK : VIII (DELAPAN) B
ASISTEN : RISPAH HAMZAH
SAKINAH JULIANTI
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Sumber energi bagi segala kehidupan
adalah energi matahari hanya organisme autotrof yang dapat menangkap dan
memanfaatkan energi matahari tersebut melalui proses fotosintesis. Organisme
autotrof disebut dengan produsen yang menyediakan energi dalam bentuk makanan
bagi konsumen I selanjutnya energi tersebut dimanfaatkan oleh konsumen II
dan konsumen ke III, konsumen IV dan berakhir pada penguraian selain
energi dalam bentuk makanan, tubuh organisme juga memerlukan air, oksigen, dan
mineral. Munculnya jaringan-jaringan makanan diawali dengan terjadinya proses
perputaran zat dari tubuh organisme menuju tanah dari reaksi-reaksi kimia (Annisa,
2009).
Satu
elemen penting di biosfer adalah karbon. Karbon adalah tulang belulang dari
komponen organik dan tersusun mendekati dari 40% sampai 50% dari berat keadaan
alam sekitar. Ada lebih komponen yang terbuat dari karbon dari pada kombinasi
elemennya. Banyak dari karbon di bumi ditransfer dalam bentuk bahan bakar
fosil, batu bara, tanah yang dipakai sebagai bahan bakar, minyak, dan gas alam
(Lim, 1998).
Sebagian
besar orang telah mengetahui tentang siklus karbon amoeba selama fotosintesis,
bahan organik adalah sebagai hasil umum dan karbon dioksida. Fotosintesis
tumbuhan dan organisme sebagai produsen utama dari bahan organik karbon
menghasilkan nutrisi bagi organisme lain. Organisme sebagai konsumen juga
melepaskan bahan organik dalam proses respirasi
(Sochia, 2008).
(Sochia, 2008).
Untuk
mengetahui
bagaimana hubungan produsen dan konsumen dalam siklus karbon di perairan, maka
dilakukanlah percobaan ini untuk menentukan hubungan produsen dan konsumen
dalam siklus karbon di perairan dengan menggunakan indikator bromtimol biru.
I.2
Tujuan Praktikum
Tujuan percobaan ini,
yaitu :
a. Untuk
mengetahui hubungan antara produsen dan konsumen dalam pemanfaatan karbon dalam
ekosistem perairan.
b. Mengenalkan
dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan
siklus karbon.
I.3
Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan
Hubungan Produsen dan Konsumen dalam Siklus Karbon di Perairan dilaksanakan
pada hari Selasa, 7 April 2014 pukul 14.00-17.00 WITA bertempat di Laboratorium
Biologi Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Karbon adalah bahan penyusun dasar
semua senyawa organik. Pergerakannya dalam suatu ekosistem berbarengan dengan
pergerakan energi melebihi zat kimia lain, karbohidrat dihasilkan selama proses
fotosintesis, dan CO2 dibebaskan bersama energi selama respirasi.
Dalam siklus karbon, proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler
menyediakan suatu hubungan antara lingkungan atmosfer dan juga ada lingkungan
terestial maupun aquatik (Campbell, dkk., 2012).
Siklus karbon adalah siklus
biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan
atmosfer bumi. Adapun objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon
yang hampir sama meskipun hingga kini belum diketahui (Prawirohartono, 2001).
Daur
karbon merupakan bagian dari daur energi. Reaksi fotosintesis sangat esensial
untuk daur karbon maupun daur energi, melalui proses fotosintesis tersebut, karbon
maupun daur energi, melalui proses fotosintesis tersebut karbondioksida
hubungan sebagai mahluk hidup. Melalui proses fotosintesisnya tumbuhan hijau
berperan dalam siklus karbon, karbon diubah menjadi karbondioksida kemudian
diubah menjadi karbohidrat dengan bantuan energi matahari dan pigmen klorofil
(Jumin, 1989).
Sejumlah
karbon untuk sementara berada dalam jaringan tumbuhan atau hewan, tetapi karbon
tersebut akan kembali ke siklus setelah tumbuhan atau hewan tersebut mati
kemudian diuraikan oleh makhluk pengurai. Jika sisa-sisa bahan organik dari
pembusukan hewan dan tumbuhan tertimbun dalam lapis tanah lebih dari 600 juta
tahun maka karbon dikandung akan keluar dari siklus karbon yang utama. Tetapi
oleh panas akan tekanan dalam lapis kerak bumi zat tersebut akan diubah menjadi
bahn bakar fosil misalnya batu bara, minyak bumi dan gas bumi. Jika bahan baker
fosil tersebut digunakan sebagai bahan baker dalam berbagai industri maka
karbon yang dikandung akan dilepas kembali ke lingkungan dalam bentuk CO2
sebagai hasil proses pembakaran. Selanjutnya CO2 tersebut akan
digunakan kembali oleh tumbuhan hijau untuk fotosintesis begitu seterusnya
(Sasmita, 2010).
Proses fotosintesis
menghasilkan bahan organik berupa karbohidrat juaga dihasilkan oksigen. Bahan
organik hasil fotosintesa berpindah ke herbivora dan pemangsa dan kembali ke
cadangan melalui respirasi dan kegiatan bakteri. Sisa bahan organik yang tidak
dilapuk melalui proses-proses geologik lainnya akan membentuk gambut, batu bara
dan minyak bumi. Gambut dan batu bara mengandung karbon terikat, besarnya
kandungan tergantung pada tingkat pelapukannya. Bahan tambang ini akan
menghasilkan karbon ke udara bebas setelah dibakar (Jumin, 1989).
Laut mempunyai peranan
penting dalam siklus karbon ini. Banyaknya jumlah karbon di laut adalah 50 cm3/liter
air laut, lebih besar daripada atmosfer dan perpindahannya karbon dan atmosfer
ke lauta melalui proses fiksi. Laut mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon,
dimana sebagian besar bentuknya ion karbonat. Untuk sementara 48% dari karbon
yang dilepaskan atmosfer oleh pembakaran bahan bakar fosil dan penebangan hutan
diserap untuk digunakan dalam proses fotosintesis oleh alga (Daniswara, 2009).
Macam-macam karbon yang ada (Jansen, 2004), antara lain :
a) Karbon
di Atmosfer
Bagian terbesar dari karbon yang
berada di atmosfer
bumi adalah gas karbon dioksida (CO2). Meskipun jumlah
gas ini merupakan bagian yang sangat kecil dari seluruh gas yang ada di
atmosfer (hanya sekitar 0,04% dalam basis molar, meskipun sedangmengalami
kenaikan), namun ia memiliki peran yang penting dalam menyokong kehidupan. Gas-gas
lain yangmengandung karbon di atmosfer adalah metan
dan kloroflorokarbon atau CFC (CFC ini merupakan gas
artifisial atau buatan). Gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca yang konsentrasinya di atmosfer
telah bertambah dalam dekade terakhir ini, dan berperan dalam pemanasan global.
Sekitar 1900 gigaton karbon ada di dalam biosfer. Karbon
adalah bagian yang penting dalam kehidupan di bumi. Ia memiliki peran yang
penting dalam struktur, biokimia, dan nutrisi pada semua sel
makhluk hidup.
Laut mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon, dimana sebagian besar dalam
bentuk ion bikarbonat. Karbon anorganik, yaitu senyawa karbon tanpa ikatan
karbon-karbon atau karbon-hidrogen, adalah penting dalam reaksinya di dalam
air. Pertukaran karbon ini menjadi penting dalam mengontrol pH
di laut dan juga dapat berubah sebagai sumber (source) atau lubuk
(sink) karbon. Karbon siap untuk saling dipertukarkan antara atmosfer
dan lautan. Pada daerah upwelling, karbon dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, pada daerah down welling karbon (CO2) berpindah dari atmosfer ke lautan.
Saat CO2 memasuki lautan, asam karbonat terbentuk
CO2 + H2O ⇌ H2CO3. Reaksi
ini memiliki sifat dua arah, mencapai sebuah kesetimbangan kimia. Reaksi
lainnya yang penting dalam mengontrol nilai pH lautan adalah pelepasan ion
hidrogen dan bikarbonat. Reaksi ini mengontrol perubahan yang besar pada pH H2CO3
⇌ H+ + HCO3−.
Respirasi berperan penting dalam penimbunan karbon selama
pertumbuhan tumbuhan. Tapi, peranan ini sukar ditetapkan karena tidak mudah
untuk mengetahui seberapa besar respirasi berlangsung ketika tumbuhan berada di
bawah cahaya (Daniswara, 2009).
Respirasi
gelap dianggap tetap sama selama ada cahaya, tapi dapat diketahui bahwa
terdapat bukti kuat yang menyatakan tidak demikian. Bagaimanapun, jelas bahwa
sebagian dari energi yang ditangkap dalam fotosintesis digunakan untuk pertumbuhan
serta perkembangan yang akan menjaga dan untuk memelihara sel hidup. Bagian itu
mungkin sekitar 30% sampai 40% dari energi yang ditangkap dalam proses
fotosintesis yakni berupa unsur senyawa karbon yang didapatkan oleh tumbuhan
dari atmosfer dengan bantuan cahaya sehingga dapat menghasilkan makanannya
sendiri. Perbedaan setiap tumbuhan dalam persentase itu penting secara ekologi.
Sebagai contoh, beberapa tumbuhan menggunakan jauh lebih banyak energi dari
pada tumbuhan lain dalam mensintesis bahan sekunder pelindung seperti
tannin/alkaloid, atau bahan structural seperti lignin (Salisbury, 1995).
Hubungan antara produsen dan konsumen dalam kaitannya dengan
siklus karbon dan mutlak diperlukan dalam suatu ekosistem untuk menjaga
kestabilannya. Di lingkungan terbuka, sangat sulit untuk menentukan faktor apa
yang mempengaruhi hubungan tersebut karena terdapat banyak faktor yang
mempengaruinya (Sasmita, 2010).
Siklus
karbon mengandung atom karbon terus
mengalir dari produsen ke konsumen dalam bentuk molekul CO2 dan
karbohidrat, sedangkan energi foton matahari digunakan sebagai pemasok
energi yang utama. Produsen memerlukan CO2 yang dihasilkan konsumen
untuk melakukan fotosintesis. Dari kegiatan fotosintesis tersebut, produsen
dapat menyediakan karbohidrat dan oksigen yang diperlukan oleh konsumen untuk
melangsungkan kehidupannya. Tumbuhan hijau di permukaan bumi dan sistem
karbonat di lautan sangat efektif dalam mengikat CO2 dari atmosfer.
Akan tetapi, karena adanya peningkatan dari pemakaian bahan bakar minyak bumi
yang disertai dengan penurunan kapasitas pemindahan dari tumbuhan hijau akan
melampaui kontrol Cybernatik sehingga lambat laun kandungan CO2 di
atmosfer meningkat. Diperkirakan pada pertengahan abad mendatang kandungan CO2
di atmosfer akan meningkat 2 kali lipat dari yang ada sekarang, sehingga
keadaan iklim dunia akan menjadi semakin panas dengan rata-rata kenaikan
temperatur sebesar 1,5-4,5oC yang diikuti dengan kenaikan permukaan
air laut (karena pencairan es di daerah kutub) dan perubahan pola curah hujan
yang dapat mengganggu produksi pertanian (Salisbury, 1995).
Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus karbon (Annisa,
2009), yaitu :
1.
Kadar pH di Laut.
2.
Pelapukan bantuan
3. Gunung
merapi bawa laut
5.
Difusi CO2 diudara
6. Pelapukan
bantuan karbonat.
Produsen darat
mendapatkan CO2 dari atmosfer, sedangkan produsen dalam air
mamanfaatkan CO2 yang terlarut (sebagai bikarbonat dan HCO3).
Kelarutan karbondioksida dalam air berbeda dengan oksigen, karena gas ini
bereaksi secara kimiawi dalam air. Salah satu contohnya adalah apabila di dalam
air laut karbondioksida bereaksi dengan air menghasilkan asam karbonat, yang
kemudian terdisiosiasi lagi menjadi ion hidrogen dan karbonat. Konsentrasi CO2
yang tinggi pula akan mempengaruhi tumbuhan dalam mengabsorbsi air dan unsur
hara (Lina, 1985).
Sebagai
akibatnya ialah terjadinya produksi atau absorbsi hidrogen bebas, sehingga
jumlah hidrogen dalam suatu larutan merupakan tolak ukur keasaman. Lebih banyak
ion H+ berarti lebih asam suatu larutan dan lebih sedikit H+
berarti lebih basa, dengan kata lain larutan basa lebih banyak mengandung ion
OH. Sebagai akibat reaksi ialah terjadinya produksi atau absorbsi hidrogen
bebas, sehingga jumlah hidrogen dalam suatu larutan merupakan tolok ukur
keasaman (Prawirohartono, 2001).
Salah satu cara untuk melihat hubungan produsen dan konsumen
dalam pemakaian dan produksi karbon dalam air dapat dilakukan dengan uji bsromtimol
biru. Bromtimol biru merupakan suatu larutan indikator yang berwarna biru dalam
larutan basa dan kuning dalam larutan asam. Gas karbon dioksida akan membentuk
asam jika dilarutkan dalam air. Perubahan warna pada perlakuan disebabkan oleh
perubahan kandungan karbon dioksida yang ada dalam air. Kadar karbon dioksida
akan berkurang apabila terjadi proses fotosintesis oleh tumbuhan. Sebaliknya
kadar karbon dioksida akan meningkat kalau terjadi proses respirasi (Umar, 2014).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol sampel, pipet tetes dan pinset.
III.2 Bahan
Bahan yang diperlukan
untuk percobaan ini adalah air keran, karet gelang, plastik elastis, siput
kecil Lymnea sp (konsumen), Hydrilla sp.
(produsen) dan bromtimol biru.
III.3
Cara Kerja
Cara
prosedur kerja dari percobaan ini adalah :
1. Botol yang disiapkan berjumlah 8
buah.
2. Masing-masing botol tersebut diberi
label dengan berbagai perlakuan.
3. Pada botol A diisi dengan air dan
bromtimol biru, pada botol B diisi
dengan air dan siput, pada botol C diisi dengan tanaman Hydrilla sp dan air, sedangkan botol D diisi dengan air, tanaman Hydrilla sp, dan juga siput
(masing-masing dua).
4. Masing-masing ditutup dengan plastik
elastis sampai tidak ada oksigen yang bisa masuk ataupun keluar.
5. Botol yang ditutup dengan plastik
elastis diikat dengan menggunakan karet gelang.
6. Sebagian disimpan di tempat yang
terang dan sebagian disimpan di tempat yang yang gelap.
7. Kemudian amati perubahan yang
terjadi, 1x24 jam dalam waktu tiga hari.
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, Utami, 2009, Ekologi Jilid 1, Esis, Jakarta.
Campbell, N. A., Reece, J. B.,
Mitchell, 2012, Biologi Edisi Kelima Jilid 3, Erlangga, Jakarta.
Daniswara, 2009, Produsen dan Konsumen Perairan, http//daniswara. wordpress.com, diakses pada hari Rabu, 8 April 2014 pukul 18.27 WITA,
Makassar.
Jansen, H. H., 2004, Carbon
Cycling in Earth System, A Soil Science Presperctive, Mc Graw Hill
Companies, New York.
Jumin,
H. B., 1989, Ekologi Tanaman,
Rajawali Press, Jakarta.
Lim, D., 1998, Microbiology
Second Edition, Mc Graw Hill Companies, New York.
Prawirohartono, S., 2001, Siklus
Karbon, Bumi Aksara, Jakarta.
Salisbury, 1995, Fisiologi
Tumbuhan, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Sasmita.W.
D., 1994, Materi Pokok Biologi Umum,
Depdikbud, Jakarta.
Umar,
M. Ruslan., 2014, Penuntun Praktikum
Ekologi Umum, Universitas Hasanuddin, Makassar.
No comments:
Post a Comment