Search This Blog

Thursday, April 24, 2014

Laporan keanekaragaman bentos dalam ekosistem perairan berdasarkan indeks perbandingan sekuensial

LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM

PERCOBAAN V
KEANEKARAGAMAN BENTOS DI PERAIRAN BERDASARKAN INDEKS PERBANDINGAN SEKUENSIAL

NAMA                       : KHAERUNNISA
NIM                            : H41113342
KELOMPOK            : VIII (DELAPAN) B
HARI/TANGGAL    : SELASA/ 18 MARET 2014
ASISTEN                   : RISPAH HAMZAH
 SAKINAH JULIANTI

Description: F:\logo-unhas-warna.jpg


LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Salah satu ekosistem air tawar yang termasuk ekosistem air tenang adalah danau. Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi. Danau terjadi karena glacier, tanah longsor yang membendung lembah, pelarutan mineral tertentu dalam tanah sehingga permukaan tanah menurun membentuk cekungan. Danau juga dapat dibentuk oleh kawah gunung api yang sudah mati atau gobah yang terbentuk di pinggir laut (Rina, 2012).
Ekosistem danau ditandai oleh adanya bagian perairan yang dalam sehingga tumbuh-tumbuhan berakar tidak dapat tumbuh di bagian ini.Berbeda dengan ekosistem kolam yang tidak dalam (kedalamannya tidak lebih dari 4-5 meter) yang memungkinkan tumbuh-tumbuhan berakar dapat tumbuh di semua bagian perairan.Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi (Dahuri, 2012).
Bentos adalah organisme yang hidup di dasar danau.Di sekitar danau, konsentrasi bentos cukup tinggi, dan semakin ke tengah konsentrasi bentos semakin menurun.Hewan bentos tersebut termasuk kelompok Polychaeta, Mollusca, dan Crustacea.Bentos merupakan salah satu parameter biologi yang dapat dipergunakan dalam penentuan bioindikator kualitas perairan.Dari distribusi dan determinasi bentos serta parameter fisik-kimia sangat penting sekali dalam menentukan tingkat pencemaran suatu badan air.Tujuan penelitian ini adalah mencari hubungan antara parameter biologi seperti bentos dengan parameter fisik serta kimia terhadap tingkat pencemaran (Pratama, 2009).
Percobaan ini dilakukan untuk memberikan gambaran tentang pemanfaatan bentos sebagai indikator kualitas perairan, khususnya pada wilayah danau Universitas Hasanuddin.Adapun hal-hal yang dikemukakan meliputi pengertian bentos, faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan bentos, pemanfaatan bentos sebagai indikator kualitas perairan dan sebagai spesies indikator.

I.2 Tujuan
            Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.        Untuk mengetahui keragaman bentos dalam ekosistem perairan berdasarkan Indeks Perbandingan Sekuensial
2.        Mengenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan dengan keragaman bentos dalam perairan.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
            Percobaan mengenai keanekaragaman bentos dalam ekosistem perairan berdasarkan indeks perbandingan sekuensial dilaksanakan pada hari Selasa, 18 Maret 2014, pukul 14.00-17.00 WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.Pengambilan sampel dilakukan pada hari Selasa, 18 Maret 2014, pukul 05.30 – 08.00 WITA, bertempat di Danau Universitas Hasanuddin.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem perairan dibedakan dalam tiga kategori utama yaituekositem air tawar, ekosistem estuarin, dan ekosistem laut.Habitat air tawardibedakan menjadi dua kategori umum, yaitu sistem lentik (kolam, danau,situ, rawa, telaga, waduk) dan sistem lotik (sungai). Sistem lentik adalahsuatu perairan yang dicirikan air yang mengenang atau tidak ada aliran air,sedangkan sistem lotik adalah suatu perairan yang dicirikan oleh adanyaaliran air yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir (Rina, 2012).
Ada beberapa alat modern yang digunakan untuk mengambil bentos di permukaan air yaitu eickman grab digunakan untuk pengambilan bentos di badan air yang dasarnya berlumpur dan berpasir lunak. Peterson grab digunakan untuk mengambil bentos di perairan yang dasarnya agak keras yang terdiri dari lempung, pasir dan batu. Ponar grab digunakan untuk mengambil bentos di perairan yang agak dalam seperti danau. Prinsip kerja ketiganya sama yaitu grab dibenamkan ke dasar perairan setelah menyentuh dasar grab tersebut ditutup dan contoh subtract dapat terambil (Pratama, 2009). 
Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut, Plankton, terdiri atas fitoplankton dan zooplankton biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.Nekton adalah hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan. Neuston organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air. Perifitonmerupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong. Bentos, hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan.Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis (Ternala, 2007).
Bentos merupakan salah satu kelompok organisme penyusun ekosistem laut. Bentos adalah organisme yang hidup di dasar laut dengan melekatkan diri pada substrat atau membenamkan diri di dalam sedimen. Mereka tinggal di dekat sedimen laut lingkungan dari kolam pasang surut di sepanjang tepi pantai ke benua rak dan kemudian turun ke kedalaman abisal. Daerah terkaya akan jumlah dan macam organisme pada sistem muara laut ialah daerah bentik (Dahuri, 2012).
Spesies makrozobentos dapat dikelompokkan berdasarkan kepekaannya terhadap pencemaran karena bahan organik ke dalam kelompok (Setiadi, 1989), sebagai berikut :
a.    Intoleran, yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang sempit dan jarang dijumpai di perairan yang kaya akan bahan organik. Organisme ini tidak dapat beradaptasi bila kondisi perairan mengalami penurunan kualitas.
b.   Fakultatif, yaitu organisme yang dapat bertahan hidup pada kisaran kondisi lingkungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme intoleran. Walaupun organisme ini dapat bertahan hidup diperairan yang banyak bahan organic namun tidak dapat mentolerir tekanan lingkungan.
c.    Toleran, yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang luas, yaitu organisme yang sering dijumpai di perairan yang berkualitas jelek. Pada umumnya organisme tersebut tidak peka terhadap berbagai tekanan lingkungan dan kelimpahannya dapat bertambah di perairan yang tercemar oleh bahan organik.
Perifiton adalah hewan maupun tumbuhan yang hidup di bawah permukaan air, sedikit bergerak, melekat pada batu-batu, ranting, tanah atau substrat lainnya. Perifiton adalah campuran kompleks dari alga, cynobacteria, mikroba heterotrofik, dan detritus yang melekat pada dasar ekosistem perairan. Perifiton dari kelompok hewan pada umumnya terdiri dari protozoa dan Rotifera, sedangkan perifiton dari kelompok tumbuhan sebagian besar terdiri dari mikroalga (Afrizal, 1992).
Plankton adalah makhluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya, mengapung, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya terbatas sehingga mudah terbawa arus. Plankton berbeda dengan nekton yang berupa hewan yang memiliki kemampuan aktif berenang bebas, tidak bergantung pada arus air, contohnya ikan, cumi – cumi, paus, dll. Plankton digolongkan ke dalam beberapa kategori, yaitu, secara fungsional, plankton digolongkan menjadi empat golongan utama, yaitu fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton, dan virioplankton. Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang di laut. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang (Prasstio, 2010).
Dilihat dari susunan dan fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas komponen (Pratama, 2009), sebagai berikut :
a. Komponen autotrof (Auto = sendiri dan trophikos = menyediakan makan)
Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia.Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.
b. Komponen heterotrof (Heteros = berbeda, trophikos = makanan)
Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
c. Bahan tak hidup (abiotik)
Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari.Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.
d. Pengurai (dekomposer)
Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks).Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen.Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur.
Di dalam ekosistem perairan, adabeberapa faktor abiotik yang mempengaruhi perairan adalah (Rina, 2012), sebagai berikut :
1. Suhu dan cahaya
Sinar matahari merupakan faktor vital yang menentukan baikburuknya perairan.Sinar matahari mendukung pertumbuhan produsenyaitu fitoplankton dan tumbuhan air serta organisme yang bergantung padakedua hal tersebut.Struktur komunitas danau sangat dipengaruhi olehpenetrasi cahaya dan aktivitas fotosintesis.
2. Oksigen terlarut (DO)
Oksigen sangat diperlukan untuk metabolisme dan pernafasan bagiorganisme perairan. Pada danau dangkal yang fluktuasi suhunya cepat jarang ditemukan kondisi anaerobik di bagian bawah perairan.Kondisi aerob mendukung terjadinya proses-proses yang terjadi di substrat dasarseperti nitrifikasi yang merupakan rangkaian siklus hara dalam perairan.
3. Unsur hara (Nutrien)
Unsur hara terkait dengan produktivitas perairan. Pada telagadengan kandungan unsur hara yang melimpah dan seimbang jumlahfitoplanktonnya juga banyak sehingga akan berkorelasi juga denganjumlah zooplankton. Unsur karbon diperlukan untuk fotosintesis, unsur nitrogen diperlukan untuk pembentukan protein dan asam aminosedangkan unsur fosfor diperlukan untuk pertumbuhan. Unsur belerangjarang dijadikan faktor pembatas organism perairan air tawar karenakelimpahannya sangat banyak di alam.
4. pH perairan
Nilai pH merupakan suatu ekspresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) didalam air. Nilai pH yang rendah mengindikasikan bahwaperairan asam, sedangkan pH yang tinggi mengindikasikan perairan basa. pH yang ideal bagi kestabilan perairan air tawar adalah 7,8-8,3. Derajat keasaman suatu perairan sering dipakai sebagai petunjukuntuk menyatakan baik atau buruknya suatu perairan. Nilai pH dalam suatu perairan dapat dijadikan indikator dariadanya keseimbangan unsur-unsur kimia dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsure unsur kimia dan unsur-unsur hara yang sangatbermanfaat bagi kelangsungan hidup vegetasi akuatik. Tinggi rendahnyapH dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2 maupun CO2. Tidak semua organisme mampu bertahan terhadap perubahan nilai pH.
5. Turbiditas (Kekeruhan)
Turbiditas (kekeruhan) adalah jumlah dari butir-butir zat yang tergenang dalam air. Kekeruhan pada air yang tergenang (lentik), misalnya telaga, lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel halus. Turbiditas (kekeruhan) mengandung bahan organik maupun anorganik yang terdapat di perairan sehingga mempengaruhi proses kehidupan organisme yang ada di perairan tersebut. Turbiditas sering disebut dengan kekeruhan, apabila di dalam air media terjadi kekeruhan yang tinggi maka kandungan oksigen akan menurun. Hal ini disebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan sangat terbatas sehingga tumbuhan/phytoplankton tidak dapat melakukan proses fotosintesis untuk mengasilkan oksigen.
Selain eickman grab ada cara lain yang digunakan untuk
mengambil di badan air yaitu dengan menggunakan ayakan. Ayakan
digunakan dengan mengeruk dasar perairan secara langsung. Hanya saja
ayakan jarang digunakan karena komunitas bentos yang dapat diambil
relatif lebih sedikit dan umumnya digunakan hanya  pada tepian-tepian perairan (Hakim, 2009).







BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Alat
            Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol sampel, eickman grab, ayakan (mess), pinset, baskom, nampan dan loop.

III.2. Bahan
            Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah bentos dan alkohol 70%.

III.3. Cara kerja
Cara kerja dalam percobaan ini adalah :
III.3.1 Pengambilan sampel
a. Menggunakan Eickman grab
1.   Dibuka kedua belahan pengeruk eickman grab hingga menganga dan kawat penahannya dikaitkan pada tempat kaitan yang terdapat pada bagian atas alat tersebut.
2.   Dimasukkan pengeruk secara vertikal dan perlahan-lahan kedalam air hingga menyentuh dasar perairan.
3.   Dijatuhkan logam pembeban sepanjang tali pemegangnya sehingga kedua belahan eickman grabakan menutup, dan lumpur serta hewan yang terdapat di dasar perairan akan terhimpun dalam kerukan.
4.   Ditarik secara perlahan-lahan eickman grab keatas dan ditumpahkan isinya kedalam wadah yang tersedia.
5.   Diayak sampel sambil disiram air sehingga lumpur keluar dan sampah-sampah dibuang. Dipilih bentos yang didapat dan dimasukkan kedalam botol.
6.   Pengambilan sampel dilakukan sebanyak dua kali pada tempat yang sama.
b. Menggunakan ayakan (mess)
1.      Diambil subtrat pada dasar danau dengan cara dikeruk dengan ayakan
2.      Dicuci subtrat yang telah diambil dengan air danau lalu diambil bentos yang telah diperoleh
3.      Diseleksi hewan bentos yang diperoleh dengan cermat, kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel
4.      Diberi label pada masing-masing botol sampel
5.      Pengambilan sampel dilakukan sebanyak dua kali pada tempat yang sama

III.3.2 Cara kerja di Laboratorium
1.        Ambillah sampel yang sudah diawetkan. Tumpahkan ke dalam wadah yang telah disediakan dan secara acak diambil satu per satu dengan pinset dan diletakkan pada wadah yang lain sambil diurutkan.
2.        Sampel yang diurutkan, kemudian dilihat apakah sejenis atau tidak.
3.        Jenis yang dianggap sama diberi kode yang sama dan ini berarti tergolong se”run”. Hal ini dilakukan tidak peduli jenis apapun, asal serangkaian sampel tadi dianggap sama.
4.        Lakukan pengamatan sampai semua sampel habis, catat semua data dalam buku kerja, kemudian dilakukan perhitungan indeks keanekaragaman bentos :


DAFTAR PUSTAKA



Afrizal, 1992, Ekosistem Perairan, Bumi Aksara, Jakarta.

Dahuri, R., 2012, Membangun Kembali Perekonomian Indonesia melalui SektorPerikanan dan Kelautan, Lembaga Informasi dan Studi Pembangunan Indonesia, Jakarta.

Hakim,  L., 2009, Makrozoobentos Sebagai Indikator Pencemaran Lingkungan, http://ilmukelautan.com, diakses pada hari Selasa, 18 Maret 2014, pukul 22.30 WITA, Makassar.
Prasstio, 2010, Biologi Laut Plankton dan Fitoplankton, http://harryprasstio.blogspot.com, diakses pada hari Selasa, 18 Maret 2014, pukul 22.00 WITA, Makassar.
Pratama, 2009, Parameter Pertumbuhan Fitoplankon,http://zonaikan.wordpress.com, diakses pada hari Selasa, 18 Maret 2014, pukul 21.30 WITA, Makassar.

Rina, A., 2012, Ekosistem Perairan Tawar,http://eprints.uny.ac.id, diakses pada hari Selasa, 18 Maret 2014, pukul 21.35 WITA, Makassar.

Resosoedarmo, 1993, Polusi Domestik dan Kualitas Air, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Setiadi, A., 1989, Pengantar Ekologi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Ternala, 2007, Keanekaragaman Hayati Ekosistem, Universitas Sumatera Utara, Medan.









           



No comments: